Populasi Kelinci di Indonesia

Pertanianku – Di dunia sebenarnya ada 72 jenis kelinci hias dan potong. Sekitar 50 jenisdi antaranya terdapat di Indonesia. Konon, kelinci sudah dipelihara sejak  beberapa abad yang lalu di Afrika, kemudian diternakkan oleh pendudukdi Kawasan Mediterania (Laut Tengah) sekitar 1.000 tahun lalu. Dari hasil  ternakan tersebut, kelinci menyebar ke Eropa, terutama di Belanda, Jerman,Inggris, Perancis, Polandia, dan Rusia. Mengikuti migrasi bangsa-bangsa Eropa ke seluruh pelosok, t ernak kelinci menyebar ke Amerika, Asia, dan Australia. Kelinci dibawa ke Amerika dari Eropa pada awal tahun 1800.

Populasi Kelinci di Indonesia

Kelinci yang berkembang di Amerika bukan berasal dari benua itu sendiri, yaitu kelinci bagal ekor hitam (Lepus californicus) atau kelinci bagal antilop (Lepus alleni), genus Sylvilagus, famili Liporidae. Kelinci liar benua Amerika itu lazim disebut Jackrabbit. Secara biologis, kelinci bagal berbeda dengan kelinci ternakan (genus Oryctolagus). Dari kedua genus tersebut, tidak akan terjadi perkawinan silang antargenus yang menghasilkan anak.

Di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, terdapat ras kelinci lokal yang pertumbuhannya lambat dan ukurannya kecil. Diduga kelinci lokal tersebut merupakan keturunan kelinci ras Nederland Dwarf, yang konon dibawa oleh orang-orang Belanda sebagai ternak hias pada tahun 1835 dan mengalami perkembangan puncak pada tahun 1912. Pada awalnya, kelinci hanya terdapat di rumah-rumah tuan tanah keluarga Eropa (pegawai onderneming), lalu meluas ke kalangan rakyat biasa. Ketika era pendudukan Jepang 1942—1945 hingga pascakemerdekaan sampai dengan 1950-an, kelinci sudah tak lagi terurus oleh para tuan tanah. Perkembangan selanjutnya, kelinci banyak diternakkan oleh petani di daerah pegunungan. Mula-mula kelinci diternakkan penduduk di sekitar perkebunan-perkebunan milik Belanda dalam skala kecil karena memang sebagai usaha sambilan. Kemudian, kelinci mulai diternakkan oleh petani lain sebagai sumber pupuk kandang untuk sayuran dan tanaman hias, sumber daging, atau untuk diperjual-belikan.

Selanjutnya, mulai tahun 1980-an, pemerintah menggalakkan pemeliharaan kelinci sebagai sumber daging. Namun, pola pengembangan tersebut tidak berjalan mulus. Hambatannya, 56% peternak semata-mata bertujuan berdagang, 22% berusaha memperbaiki gizi, dan sisanya untuk kesenangan saja.

Lewat pemeliharaan dan pemuliaan intensif di Eropa dan Amerika Serikat, kini kelinci memiliki beragam ras atau bangsa kelinci yang diternakkan secara komersil untuk diambil daging, fur atau kulitnya, dan wool. Selain itu, kelinci juga digunakan untuk berbagai kepentingan penelitian di laboratorium. Peternak setiap ras bergabung dalam asosiasi yang anggotanya terdiri atas penggemar, peternak, dan pembibit atau breeder kelinci. Asosiasi tersebut setiap tahun senantiasa menyelenggarakan beberapa kali pameran dan lomba kelinci, selain memperkenalkan varietas baru yang dihasilkan pembibit.

Walaupun belum banyak dipublikasikan, data populasi kelinci di Indonesia dapat diketahui dari data statistik peternakan. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa populasi kelinci yang baru mencapai 834.608 ekor pada tahun 2009 telah mengalami peningkatan sebesar 7,6% menjadi 898.075 ekor pada tahun 2010. Sebagai gambaran lainnya, pada Tabel 1 disajikan data populasi kelinci di Provinsi Jawa Tengah.

 

Sumber: Buku Kelinci Potong