1.000 Hektare Lahan Sawah di Cianjur Terancam Gagal Panen

Pertanianku — Musim kemarau yang terjadi saat ini memberi dampak buruk pada beberapa wilayah pertanian di Tanah Air. Bahkan, sekitar 1.000 hektare lahan sawah di Cianjur terancam gagal panen atau puso akibat kekeringan. Kerugian akibat kekeringan ini ditaksir mencapai Rp80 miliar.

1.000 hektare lahan sawah di Cianjur terancam gagal panen
Foto: Pixabay

Camat Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, Ali Akbar mengatakan, sejak awal musim kemarau saluran irigasi yang biasa mengaliri sedikitnya 1.007 hektare lahan pertanian di sembilan wilayah Kecamatan Cibeber mengering akibat ambrol dan belum diperbaiki.

“Ambrolnya irigasi tersebut membuat aliran air tidak normal, terutama pada musim kemarau seperti sekarang, lahan pertanian di wilayah kami terancam kekeringan hingga gagal panen,” katanya, Senin (1/7).

Ia menjelaskan, tanggul irigasi Sungai Cikondang ambrol pada Januari meskipun saat itu debit air dalam kondisi normal. Tanggul tersebut, kata dia, sudah cukup tua dan rentan terjadi bencana alam.

“Selama ini lahan pertanian di sembilan desa tersebut mengandalkan aliran air dari irigasi itu. Rusaknya irigasi sangat berpengaruh besar, terlebih pada musim kemarau seperti sekarang,” ujar Ali.

Menurut Ali, pihaknya telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengajukan perbaikan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar), mengingat irigasi merupakan kewenangan pemprov.

“Hingga saat ini prosesnya baru ditenderkan dan kemungkinan dibangun awal tahun depan, sehingga diperkirakan baru akan berfungsi pada 2021. Informasinya begitu, dibangun tahun depan dan difungsikan di tahun selanjutnya,” jelasnya.

Lamanya proses perbaikan dan pembangunan irigasi akan berdampak pada produksi pertanian di Cianjur yang diperkirakan akan kehilangan puluhan ribu ton padi yang setiap hektarenya dapat menghasilkan 9—10 ton.

“Cibeber merupakan lumbung padi Cianjur dengan tingkat produksi yang tinggi, sehingga akan sangat berpengaruh pada produksi tingkat kabupaten. Saat ini tercatat sudah seribuan hektare yang terancam gagal panen,” katanya.

Bahkan, lanjut dia, ada laporan pada sejumlah desa kondisi tanah lahan pertanian sudah pecah-pecah, kemungkinan dalam waktu dekat tanaman padi akan mati dan mengalami gagal panen atau puso.

Untuk mengantisipasi dampak ekonomi bagi petani, pemerintah kecamatan sudah melakukan pengarahan agar menanam palawija selama musim kemarau atau hingga perbaikan irigasi selesai.

Sementara itu, Plt. Bupati Cianjur, Herman Suherman mengatakan, pihaknya terus mendesak Pemprov Jabar untuk mempercepat perbaikan irigasi Sungai Cikondang karena keberadaannya sangat penting terutama untuk pertanian.

“Saat ini kami melalui pemerintah kecamatan sudah melakukan perbaikan ringan agar air dari sungai bisa tetap mengalir ke lahan pertanian, meskipun debitnya memang tidak normal,” katanya.