Pertanianku – Pemerintah terancam kekurangan produksi bawang merah pascalebaran. Saat ini kualitas hasil panen bawang pada sejumlah daerah masih mengalami penurunan. Hal ini dipicu oleh kuantitas bawang merah berukuran besar yang layak dijual di pasaran pun sedikit.
“Kalau jumlah produksinya melebihi kebutuhan nasional. Tapi karena banyak bawang yang berukuran kecil, jadi bawang yang layak untuk dijual jadi sedikit,” ungkap Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Ikhwan Arif sebagaimana dilansir Okezone (11/7).
Keadaan ini juga diperparah dengan terancam mundurnya musim panen raya bawang merah. Sebelumnya, diperkirakan panen raya bawang merah akan terjadi pada Juli. Namun, akibat anomali cuaca yang mulai terjadi pada sejumlah daerah, panen bawang merah diprediksi molor hingga Agustus.
“Awalnya kan akhir Juli. Tapi ini terancam telat juga panennya. Kemungkinan baru Agustus kita panen,” ucap Ikhwan.
Meskipun nantinya Indonesia akan memasuki musim panen raya, kualitas hasil panen diperkirakan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Panen kali ini pun diperkirakan akan banyak menghasilkan bawang berukuran kecil yang tak layak dijual ke pasaran.
“Ada penurunan kualitas ketika produksi. Ini yang menjadi kendala kita. Sebenarnya sejak saat ini sudah mulai musim panen. Tapi kualitas produksinya itu yang jadi masalah,” tutur Ikhwan.
Seperti diketahui, harga bawang saat ini masih belum beranjak dari level Rp50.000/kg. Bahkan, pada sejumlah pasar di Jabodetabek, harga bawang merah mencapai Rp60.000–Rp70.000/kg. Harga ini sangat jauh dari target Presiden Joko Widodo sebesar Rp25.000/kg.