Tata Cara Budidaya Bawang Putih Agar Hasil Panen Maksimal

Pertanianku – Bawang putih (Allium sativum) merupakan komoditas pangan yang banyak digunakan sebagai bumbu masakan. Kebutuhan bawang putih masih tinggi di Indonesia. Pasalnya, hampir semua masakan Indonesia memakai bumbu dari bawang putih. Oleh karena itulah, peluang usaha budidaya bawang putih masih sangat terbuka lebar.

Tata Cara Budidaya Bawang Putih Agar Hasil Panen Maksimal

Tanaman ini biasanya dibudidayakan di daerah bersuhu sejuk atau di dataran tinggi. Lahan yang dibutuhkan untuk budidaya bawang putih biasanya menggunakan lahan yang habis ditanami padi. Budidaya bawang putih yang dilakukan saat musim hujan tidak dianjurkan karena tanah menjadi terlalu basah dan temperaturnya tidak baik untuk pertumbuhan umbi.

Tanah yang disukai bawang putih pH-nya sekitar 6,5—7,5. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam harus diberi kapur terlebih dahulu hingga mendekati netral. Berikut tata cara budidaya bawang putih agar hasil panen maksimal.

Persiapan bibit

Bibit bawang putih yang baik penting untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang tinggi. Sebaiknya, bibit bawang putih memenuhi kriteria-kriteria berikut.

  • Bagian pangkal batang padat (berisi penuh dan keras).
  • Siung berpenampilan licin dan tegar, tidak kisut.
  • Tunas terlihat segar bila siung dipatahkan.
  • Berat siung sekitar 1,5—3 g, bentuk normal.
  • Bebas hama dan penyakit.

Jika bibit yang digunakan beratnya 3 g/siung, kebutuhan per hektarenya adalah 1.600 kg. Sementara itu, untuk ukuran siung yang kecil (sekitar 1 g) menghabiskan 670 kg/ha.

Meskipun yang ditanam sebagai bibit adalah siung, jika membeli bibit sebaiknya dalam bentuk umbi. Ini karena bawang putih dalam bentuk umbi lebih tahan lama daripada bentuk siung. Umbi boleh dipecah menjadi siung paling tidak 1—2 hari sebelum tanam.

Penanaman

Sawah yang sudah ditanami padi adalah lahan yang cocok untuk bawang putih dataran rendah. Petani memang sering menyeling penanaman sawahnya. Bila sawah ingin ditanami palawija juga, pola tanam yang dianjurkan adalah: padi—bawang putih—jagung—padi—bawang putih. Artinya, pertama kali sawah ditanami padi, kemudian setelah padi panen barulah ditanam bawang putih. Usai panen bawang putih, lalu sawah ditanami jagung. Demikian seterusnya.

Sebelum penanaman, lahan harus diolah terlebih dahulu. Tanah yang asam dinetralkan sebulan sebelum tanam. Bila pH kurang dari 6, dosis kapurnya sekitar 1—2 ton/ha.

Jika bekas panen pada sawah masih ada, perlu dibersihkan. Lantas, buat bedeng-bedengan yang lebarnya 80—120 cm dan tingginya 40 cm. Panjang bedengan bisa disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antarbedengan antara 10—20 cm. Nantinya ini akan berguna sebagai saluran air dan tempat lalu lalang saat melakukan pemeliharaan atau panen.

Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus dibajak atau dicangkul hingga benar-benar gembur. Bila tidak gembur, bisa berakibat fatal pada produksi. Seperti diketahui, bawang putih adalah tanaman yang dipanen umbinya. Tanpa tanah yang gembur umbi akan sulit berkembang.

Setelah tanah gembur, dilanjutkan dengan ukuran siung benih yang dipakai. Siung besar membutuhkan jarak tanam renggang sekitar 15 × 10 cm. Untuk pembibitan digunakan jarak tanam 10 × 10 cm. Posisi siung saat ditanam tegak. Kedalamannya 5—7 cm dari permukaan tanah.

Pemeliharaan

Mulsa perlu diberikan setelah bibit ditanam. Mulsa yang murah adalah alang-alang atau jerami padi. Tutupi bedengan dengan mulsa secara merata setebal 3 cm.

Gulma secara tidak langsung sudah terhalang pertumbuhannya dengan adanya mulsa. Akan tetapi, gulma yang tumbuh di saluran air atau sela-sela mulsa tetap perlu dicabut. Apabila areal pertanaman bawang putih cukup luas, gulma dapat diberantas dengan herbisida TOK 50 WP.

Saluran air yang dibuat perlu dialiri agar tanaman tumbuh baik. Bila musim hujan, penyiraman hanya dilakukan saat tampak kekurangan air. Saat musim kemarau perlu pengairan sendiri yang intensif. Caranya, dengan melakukan penyiraman ke bedengan pertanaman ataupun dengan penggenangan saluran-saluran air.

Pemupukan

Lahan seluas satu hektare membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10—20 ton. Pemberiannya cukup dengan mencampurkan secara merata pada bedengan. Pemberian pupuk kandang umumnya pada saat pengolahan tanah atau sebelum tanam.

Tambahan pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan ZK 200 kg per hektare. Pemberian dilakukan secara bertahap, yakni saat tanaman berumur 15, 30, dan 40 hari.

Panen

Bila bawang putih ditanam sekitar Mei—Juli, Agustus—Oktober sudah dapat dipanen. Panen dilakukan saat tanaman berumur 90—120 hari dari saat tanam.

Ciri-ciri bawang putih siap panen terlihat pada daunnya yang menguning atau kering serta tangkai batang yang mengeras. Bila ciri-ciri ini terlihat sudah 50% dari total tanaman, panen dapat dilakukan.

Panen dilakukan dengan cara mencabut semua bagian tanaman. Di sentral produksi bawang putih panen biasa dilakukan dengan serombongan tenaga kerja yang terkoordinir. Maksudnya, agar panen tidak memakan waktu terlalu lama dan hasil per petak atau per hektarenya segera diketahui. Kebanyakan petani mengumpulkan bawang putih dalam bentuk ikatan-ikatan. Satu ikat biasanya terdiri atas 30 tangkai.

Akar dan daun dibuang dengan menyisakan pangkal daunnya. Selanjutnya, tindakan pascapanen dilakukan agar pangkal daun menjadi kering. Untuk ini, dilakukan penjemuran selama 15 hari. Sinar matahari terik tidak boleh langsung mengenai umbi bawang putih. Oleh karena itu, lebih baik dijemur di teritisan rumah atau tempat terlindung. Pada malam hari umbi diletakkan di tempat yang terlindungi.