Pertanianku – Cabai jawa (Piper Retrofractum Vah) merupakan jenis rempah yang terbilang masih berkerabat dengan lada dan kemukus, termasuk dalam suku sirih-sirihan. Cabai jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan cabai jamu menjadi salah satu bahan baku utama pembuatan obat herbal.
Jika Anda tertarik, berikut panduan budidaya cabai jawa.
Pembibitan
Sebelum melakukan budidaya cabai jawa, Anda harus mendapatkan bibit cabai jawa yang unggul. Bibit bisa didapatkan dengan dua cara, yaitu generatif (menggunakan biji) dan dengan cara vegetatif (menggunakan tunas batang seperti setek).
Banyak petani lebih menggunakan cara vegetatif. Hal ini karena masa panennya terbilang lebih cepat, minimnya anggaran biaya tanam pun lebih efisien dalam waktu yang digunakan. Dalam perawatannya pun dianggap mudah oleh sebagain besar para petani.
Untuk bibit cabai jawa yang akan dibudidayakan secara vegetatif dapat diambil dari 2 utas ruas batang produktif yang sudah memiliki akar sekitar 1—2. Tunas akar ini menempel pada substrat tumbuhan inang seperti batang pohon dan tiang.
Pastikan kedua ruas batang tersebut masih berusia muda atau sudah tua. Lalu, siram batang setek tersebut dengan menggunakan air bersih sampai benar-benar terlihat segar. Apabila sudah, simpan pada tempat yang sejuk dan aman selama satu malam. Esok harinya, setek batang tersebut dapat ditanam di pot atau polybag.
Penanaman
Setelah bibit siap, budidaya cabai jawa dapat dilakukan. Masukkan tanah dan pupuk kompos ke dalam polybag dengan perbandingan 1:1. Lalu, masukkan satu batang bibit cabai jawa ke polybag.
Selanjutnya, buat lubang untuk batang setek. Benamkan setek pada campuran tanah tadi. Siram secara rutin selama 0—4 minggu pertama setiap pagi dan sore harinya. Umumnya, bibit yang sudah berusia 1 bulan akan muncul tunas daun. Pucuk tanaman cabai jawa pun sudah mulai tumbuh tinggi. Pada usia 2 bulan, biasanya bibit ini sudah cukup ideal untuk dipindahkan ke lahan terbuka.
Pada saat ditempatkan di lahan terbuka, pastikan sudah ada tanaman tinggi yang siap untuk tiang pemanjat, misalnya pohon kelapa. Buat 2 lubang dengan kedalaman masing-masing 15—20 cm dengan panjang dan lebar antara 10—15 cm. Pada dasar lubang berilah pupuk kandang seperti kotoran ayam. Lalu, masukkan bibit setek batang tersebut dari polybag ke lubang. Jangan lupa menutupnya kembali dengan galian tanah tadi dan menyiramnya sebanyak 1—2 gayung untuk menjaga kelembapannya.
Perawatan
Perawatan cabai jawa dapat dilakukan dengan cara:
- Penyulaman
Lakukan penyulaman jika bibit setek batang cabai jawa yang ditanam tidak tumbuh normal. Atau, pertumbuhannya terhambat dan cacat.
- Penyiangan
Bersihkan tanah sekitar tempat tumbuh cabai jawa dari tanaman pengganggu seperti gulma atau rumput liar lainnya. - Pemupukan
Lakukan pemupukan saat tanaman mulai merambat pada tiang. Gunakan pupuk cair organik buatan dari kotoran sapi setengah matang sebanyak ½ kg dan 2 liter air. Aduk dua bahan tersebut hingga benar-benar larut. Semprotkan pada akar dan batang tanaman cabai jawa selama 1 tahun, yakni sebulan 2 kali. - Penyiraman
Lakukan penyiraman sehari 2 kali, yakni pagi dan sore hari. Hal ini agar tanaman tersebut tetap lembap dan terjaga kesegarannya.
Pemanenan
Cabai jawa sudah bisa dipanen ketika memasuki usia 8—11 bulan setelah masa tanam. Buah yang telah matang akan berwarna merah muda atau merah tua. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik setiap cabai.