Pertanianku – Berkat usaha jual ikan hias dan ikan konsumsi yang awalnya dirintis oleh sang ayah, seorang pria yang lulusan SMA bernama Putra tertarik menggeluti dan meneruskan usaha sang ayah hingga membawanya sukses menjalankan usaha perikanan tersebut.
Setelah mulai memahami dan mengetahui berbagai jenis ikan hias dan ikan konsumsi, ia pun mengembangkan usahanya dengan memasarkan hasil ternaknya.
“Awalnya sih ikuti hobi bapak, dan saya tergiur, setelah melihat ikan yang kami pelihara bisa dijual dari hasil perkembangbiakan yang kami lakukan,” tutur Putra.
Lama-kelamaan, pemasaran penjualan ikan hias miliknya yang dikelola di lahan seluas 1 rantai atau 400 meter persegi di belakang rumahnya di Jalan Pendidikan, No. 28, Desa Bandar Setia, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara sudah melayani sedikitnya 80 konsumen, baik itu pedagang kecil, toko, maupun peternak atau penghobi ikan hias.
“Hasilnya lumayan lho, Bang. Saya enggak harus kerja di luar, hanya menekuni bisnis ini saya. Dalam sehari, ada saja yang beli dan memesan ikan hias serta ikan konsumsi. Paling sedikit omzet berkisar Rp500.000—Rp2 juta per hari,” ungkap Putra.
Saat ini, dalam mengembangkan bisnis budidaya ikan hias dan ikan konsumsi miliknya, ia harus mempekerjakan tiga orang pegawai dalam mengurus ternak ikannya serta ikut dalam urusan penjualannya.
“Biasanya para konsumen yang datang dan sebagian juga dikirim. Kalau bagi toko-toko yang tidak bisa menjemputnya, pekerja saya-lah yang mengantarnya,” papar Putra.
Dijabarkannya, sedikitnya ada 150 jenis ikan di puluhan kolam bersekat yang dikelolanya. Di antaranya ada berbagai jenis ikan koi, moli, lohan, dan sebagainya. Sementara itu, untuk ikan konsumsi bibit, mulai dari ikan jenis sepat, lele, gurami, nila, dan jenis lainnya.
Mengenai tips pemeliharaan ikan hias, menurutnya harus memerhatikan kebersihan kolam serta kebutuhan ikan seperti kondisi kolam, makanan, gejala ikan sakit sampai ikan yang akan bereproduksi.
Putra menyebut, apabila keadaan kolam terbuka, tak semua jenis ikan tahan akan masuknya air hujan. Untuk itu, putra harus siap-siap mengganti airnya, agar ikan tak mati.
“Biasanya kalau musim penghujan seperti ini, ikan hias yang kolamnya terbuka, sering terkena jamur pada tubuhnya. Untuk itu, kolam harus bersih, ph air harus 6—7 kadar air. Dalam seminggu, setidaknya air 3—4 kali diganti. Kalau ada yang terserang penyakit, ikan harus dimainkan tempatnya (terpisah). Harus diberi obat biru yang namanya Metheline Blue,” kata Putra.
Bagi ikan indukan, sambungnya, biasanya dipetakan di keramba-keramba berbentuk jaring yang terdapat lubang-lubang kecil. Gunanya, memudahkan anak ikan yang baru dilahirkan melepaskan diri dari komunitas indukan.
“Harus dipisahkan antara indukan dan anakan. Jadi setiap indukan, nantinya akan kawin dan melahirkan. Anaknya dengan sendirinya keluar dari lubang keramba dan kita pisahkan kembali indukannya. Hal itu dilakukan agar anakan tak diganggu induknya atau tak dimakan induknya,” lanjutnya.
Biasanya, ikan yang akan bertelur ditandai dengan posisinya yang sering menukikkan kepalanya ke bawah dan kerap berada di bawah air. Sementara itu, bagi ikan yang terserang penyakit, kerap berada di atas air. Jika sudah seperti itu, Putra segera membubuhkan obat dan memisahkan ikan tersebut.
Di dalam pemasaran, ia juga mengaku sudah mengisi ke berbagai kota dan provinsi selain Medan dan kepada setiap pengecer yang datang ke rumahnya. Bagi yang di luar kota, Putra awalnya memasarkan lewat jalur situs belanja online hingga berlangganan.
“Kalau di Medan ada berbagai toko ikan hias yang berlangganan dengan kita. Lain lagi konsumen eceran yang datang ke rumah dan orderan dari kota atau provinsi seperti Pekanbaru, Riau, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan lainnya,” tutupnya.