Pertanianku – Pepaya hawai merupakan salah satu varietas papaya yang cukup populer di pasaran. Jika dilihat sekilas, bentuk dan warna pepaya hawai menyerupai pepaya california, yaitu berbentuk bulan lonjong dengan tekstur kulit buah sedang dan berwarna hijau serta tahan satu minggu setelah dipanen. Yang membedakan hanya dari ukurannya yang lebih kecil. Namun, perbedaan itu sangat mencolok dari segi ukuran dan keharuman dengan warna jingga kemerahan.
Menurut salah satu pembudidaya pepaya hawai di Bogor, Jawa Barat, yakni Budi Suyanto, buah ini memiliki banyak keunggulan dibanding pepaya lainnya.
“Pepaya ini lebih harum dari pepaya lainnya. Selain itu, buah ini juga memiliki rasa yang sangat manis bahkan jauh di atas rata-rata pepaya lainnya,” jelas Budi.
Pepaya hawai merupakan pepaya introduksi dari pepaya Kepulauan Hawaii yang dibuat sedemikian rupa sehingga cocok dibudidaya di Indonesia. Lantaran berukuran mini, pepaya hawai juga dikenal dengan pepaya solo yang berarti pepaya yang habis dimakan untuk satu orang.
Dikatakan Budi, cara makan buah yang berwarna jingga kemerahan ini pun berbeda dari pepaya biasanya. Jika pepaya ukuran besar, buah pepaya dikupas dan dipotong-potong dan disajikan di piring, lain halnya dengan pepaya hawai.
“Pepaya cukup dibelah dua dengan pisau, buang bijinya dan siap disantap dengan sendok tanpa repot-repot menggunakan piring. Jadi lebih praktis, tanpa khawatir ada pepaya yang terbuang karena tidak habis,” jelas Budi.
Kepraktisan menyantap, rasa yang manis dan bermanfaat bagi kesehatan membuat masyarakat kelas atas sangat mengemari pepaya ini. Tak ayal permintaan terbesar datang dari supermarket dan toko buah kelas atas.
“Prospek usaha budidaya pepaya ini sangat menjanjikan. Pasalnya permintaan dari supermarket dan toko buah modern,” pungkas Budi.
Selain pepaya hawai, Budi juga menanam pepaya california dan pepaya bangkok, dengan perbandingan 60% california, 20% hawai, dan 20% bangkok yang bisa mendatangkan omzet sekitar Rp30 juta per hektare setiap bulan dengan keuntungan Rp23 juta.