Pertanianku – Singapura merupakan salah satu negara yang menggantungkan hidupnya dengan mengimpor komoditas pangan. Sebagian besar tanah di pulau itu dimanfaatkan untuk pembangunan perkotaan, sisanya hanya 250 hektare untuk lahan pertanian, yang tentunya tidak cukup untuk memberi makan penduduknya.
Akibatnya, lebih dari 90% konsumsi makanan Singapura dipenuhi pangan impor dari lebih 30 negara. Ketergantungan pada dunia luar membuat negara ini sangat rentan terhadap turbulensi pasokan makanan dan harga.
Satu-satunya cara mengatasi masalah ini adalah dengan memaksimalkan penggunaan lahan untuk produksi pangan dengan cara mengembangkan model pertanian vertikal. Salah satunya telah diwujudkan oleh pengusaha Jack Ng, dengan bantuan Agri-Food and Veterinary Authority (AVA), yang membangun pertanian vertikal terintegrasi dengan peternakan komersial. Model ini mampu menghasilkan satu ton sayuran setiap hari, atau lima sampai sepuluh kali lebih produktif daripada pertanian biasa.
Jack Ng, Direktur Utama DJ Teknik, mendirikan sebuah perusahaan bernama Sky Hijau, untuk menghasilkan sayuran secara komersial dan menjual teknologi ini beberapa negara lain.
“Harga pangan akan terus naik karena berbagai faktor, terutama akibat gangguan pasokan di luar negeri. Jadi saya punya ide membuat pertanian vertikal untuk memproduksi bahan pangan yang lebih banyak di sini. Butuh waktu dua tahun untuk mengembangkan ide ini,” ungkap Jack Ng.
Teknologi ini dia beri nama “A-Go-Gro”. Ini adalah sistem rendah karbon yang bergerak secara hidrolis. Air yang digunakan digerakkan vertikal sebagai media tumbuh sayuran tropis. Teknologi ini mampu memberikan hasil panen yang tinggi dengan menggunakan air, energi serta sumber daya alam yang lebih sedikit.
Sistem “A-Go-Gro” mengembangkan tanaman sayuran di beberapa menara setinggi enam meter. Tiap menara terdiri atas 22 hingga 26 tingkatan rak tanam yang diputar di sekitar bingkai aluminium.
Untuk memastikan distribusi sinar matahari, aliran udara, dan irigasi berjalan baik dan merata, rak tanaman akan berputar secara periodik yang digerakkan generator listrik. Yang menarik, air yang digunakan akan didaur ulang dan disaring sebelum kembali ke tanaman. Semua sampah organik di pertanian ini menjadi kompos dan dapat digunakan kembali.
Varietas besar sayuran tropis yang telah dikembangkan seperti petsai, bayam, selada, xia bai cai, bayam, kangkung, cai xin, gai lan, nai bai, dan lainnya. Saat ini telah dibangun sebanyak 120 menara di kawasan Kranji, 14 km dari pusat bisnis Singapura.
Direncanakan akan dibangun sekitar 300 menara dengan target produksi dua ton sayuran per hari. Jack Ng juga berniat untuk menjual teknologi ini ke negara-negara lain dengan harga $10.000 untuk setiap menara.