Pertanianku – Memasuki akhir bulan ini, harga cabai tampaknya belum stabil. Bahkan di Sleman, Yogyakarta, harga cabai saat ini kembali meroket. Harga cabai di daerah tersebut saat ini mencapai Rp120.000 per kg. Hal tersebut lagi-lagi diakibatkan oleh cuaca yang tidak menentu sehingga stok pun menjadi terbatas.
Subardi Krisnani, pemilik warung makan di Beran, Tridadi, terpaksa mengurangi penggunaan cabai rawit untuk menyiasati tingginya harga cabai. Terkadang ia juga mencampur sambal dengan cabai besar.
“Pelanggan juga memaklumi kalau harga cabainya tinggi. Kalau habis, ya sudah,” kata Subardi seperti mengutip Harian Jogja (26/1).
Menurutnya, kenaikan harga cabai di musim pergantian tahun dan musim hujan sudah seperti tradisi. Beruntung, harga beberapa komoditas lainnya tidak terlalu melonjak tinggi.
“Telur sekarang harganya turun dari Rp18.000 per kg, bawang merah Rp28.000, dan bawang putih Rp40.000 per kg. Kalau harga beras dan lainnya masih wajar,” katanya.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Edi Sri Harmanta, menjelaskan, tingginya harga cabai akibat penurunan produksi. Hal itu disebabkan oleh tingginya curah hujan sehingga tanaman cabai mengalami gagal panen.
“Satu musim tanam cabai di Sleman hanya dapat dipanen selama sebulan saja. Normalnya bisa 16—18 kali panen selama tiga bulan. Tapi sekarang hanya lima sampai tujuh kali panen saja,” lanjutnya.
Penurunan produksi panen di Sleman, lanjutnya, terpantau sejak September 2016 lalu. Dibanding 2015, kata Edi, produksi cabai selama 2016 turun sekitar 20%. Hal itu dikarenakan luas lahan pertanian cabai berkurang sekitar 30%. Jika luas tanaman cabai selama 2015 mencapai 64 hektare, per Desember 2016 hanya tersisa 29 hektare.
“Kami perkirakan harga tinggi cabai sampai Maret atau bersamaan dengan masa panen,” ungkap Subardi.