Pertanianku – Usaha perikanan sepertinya tidak pernah hilang seiring waktu. Seorang pria bernama Reza Stefanus membuktikan bahwa usaha agribisnis perikanan tidak ada matinya. Hal ini ia buktikan dengan eksistensi usahanya yang ia rintis sejak 2003 lalu masih bertahan hingga kini bahkan terus berkembang.
Dulu, sebelum memutuskan untuk menjalankan usaha perikanan, memang awalnya Reza biasa ia disapa adalah seorang kolektor ikan louhan. Ketika itu, ada seorang teman Reza yang ingin melakukan barter koleksi ikan yang dimiliki Reza. Dan sejak itulah Reza tertarik untuk berbisnis di sektor perikanan.
Di bawah label Reza Goldfish, Reza dan sang istri, Muthia, pun sedikit demi sedikit mulai mengepakkan sayap di kancah bisnis ikan hias mas koki.
“Ikan louhan saya dibarter dengan sepasang mas koki. Eh, ternyata setelah iseng-iseng pelihara, ikan mas kokinya beranak, dan laku dibeli orang. Dari situ mulai deh, memantapkan diri untuk bisnis ikan ini,” kata Reza.
Untuk semakin memperbesar usahanya, Reza mengaku ia menggelontorkan modal awal yang terbilang cukup besar. Investasi terbesarnya adalah membangun kolam. Biaya indukan diakuinya tak begitu mahal. Soal biaya produksi selama sebulan, Reza pun mengaku menghabiskan dana sekitar Rp5 juta, untuk biaya pembelian pakan, listrik, dan lain-lain.
Farm Reza Goldfish terdiri atas 16 kolam semen, 2 di antaranya kolam untuk indukan dan pembesaran. Reza sendiri mengaku lebih sreg menggunakan kolam semen dibanding kolam tanah atau terpal. Menurutnya, kolam semen lebih dapat meminimalisir hama dan predator. Berbeda dengan kolam tanah.
“Saya pernah coba kolam terpal, tapi entah kenapa daya tahan ikan malah rendah,” tutur Reza.
Reza membudidayakan semua jenis ikan mas koki antara lain Ranchu, Demekin, Mutiara Demekin, Mutiara Jambul, Oranda, Oranda Black, Ryukin, dan lain-lain. Dari sekian banyak jenis ikan mas koki yang dimilikinya, Oranda dan Ryukin merupakan jenis yang paling banyak diburu oleh komunitas penghobi ikan mas koki.
“Permintaan paling banyak sih Oranda dan Ryukin. Oranda itu banyak yang minta dari Malaysia,” tambahnya.
Soal budidaya ikan mas kokinya sendiri, Reza mengatakan bahwa intinya terbilang cukup mudah. Poin pentingnya adalah menjaga kualitas air pembudidayaan. Ia sendiri menganut sistem kolam filter biologis, dan menggunakan lampu UV di kolam pembesarannya. Hal tersebut bertujuan agar kolamnya tak perlu sering dikuras.
“Kalau mengawinkan itu gampang, yang susah sih ngebesarin-nya. Makanya gak setiap orang bisa ngawinin ikan, tapi ngebesarin-nya susah. Ikan mas koki ini saya kawinkan secara alami. Untuk pakannya saya rutin memberikannya sehari 3 kali. Pakannya sendiri berupa pelet, cacing sutera, dan ramuan ‘khas’ bikinan saya sendiri,” ucapnya.
Selain menjaga kualitas air dan pakan, Reza mengaku, kunci sukses ia dalam membudidayakan ikan mas koki sendiri adalah telaten, fokus, dan sabar.
Sejak menjalankan usahanya, Reza memasarkan ikan-ikan mas kokinya dengan lancar dan sukses. Berbekal pengalaman sebagai pedagang ikan hias keliling ke kios-kios hias di Jabodetabek dan telah berteman dengan relasi penangkar dan peternak ikan hias dari 2003—2006, Reza dengan sangat mudah memasarkan hasil ternaknya, bahkan konsumen datang ke tempat usahanya.
Ikan mas koki hasil budidaya Reza juga sudah masuk ke seluruh kios ikan hias, pengepul/supplier, penghobi, dan eksportir ikan hias yang ada di sekitar Jabodetabek.
Dengan cara itu, Reza mampu memperoleh omzet rutin cukup besar rata-rata Rp30 juta hingga Rp50 juta setiap bulannya. Omzet juga tergantung bagaimana tingkat produktivitas indukan ikan mas koki yang dihasilkan.