Pertanianku – Metode penanaman mina padi dirasa dapat meningkatkan produktivitas lahan yang dipadupadankan dengan pemeliharaan ikan. Dengan mengaplikasikan metode mina padi, penghasilan para petani menjadi meningkat.
Salah satu petani yang mengadopsi sistem budidaya mina padi tersebut adalah Ariantono, warga Dusun Kandangan, Kelurahan Margodadi, Kecamatan Seyegan, Sleman, Yogyakarta.
Tujuan menerapkan metode mina padi selain untuk memaksimalkan lahan juga untuk mendongkrak pendapatan dan meminimalisir penggunaan pupuk kimia dan perawatan. Namun, mengapa harus menggunakan nila merah?
“Sampai saat ini baru nila merah yang paling kuat dan bisa bertahan di sistem mina padi. Ikan air tawar lain seperti gurami dan patin tidak mampu bertahan, sedangkan kalau pakai lele dapat mengganggu tumbuh padi karena sifatnya yang agak agresif,” jelas Ariantono.
Ariantono menambahkan pada sistem minapadi ini tingkat harapan hidup nila juga jauh lebih panjang, salah satunya dari dampak perubahan iklim. Sebagai contoh ketika musim kemarau tiba, dimana nila pada kolam konvensional banyak yang mati akibat sengatan matahari berlebih. Namun, tidak demikian pada mina padi karena ketika matahari tengah terik, nila dapat berlindung di bawah tanaman padi yang teduh dengan kedalaman caren rata-rata 50—60 cm.
Dengan padat tebar 1.200 ekor nila per 1.000 m², Ariantono menerapkan sistem tanam jajar legowo dua satu pada tanaman padinya demi keleluasaan ikan bermanuver. Untuk jenis padinya sendiri, Ariantono memilih padi varietas Ciherang.
“Padi Ciherang dapat dipanen pada umur 105 hari pascatanam, sedangkan nilanya rutin kami panen di usia 3 bulan dengan harga per kilo Rp19.000 yang berisi 6—7 ekor,” ungkap Ariantono.