Pertanianku — Permintaan ikan konsumsi semakin meningkat. Ini terbukti dari data produksi ikan mas di Waduk Cirata yang diperkirakan mencapai 4.000 ton tiap bulannya. Demikian pula halnya dengan jenis ikan konsumsi lainnya seperti nila dan bawal, yang mencapai 1.000—2.000 ton per bulannya.
Sayangnya, permintaan yang tinggi belum tercukupi karena sistem pembudidayaan masih banyak yang mengandalkan kondisi alam. Padahal, ini bisa disiasati dengan menggunakan sistem total akuakultur. Apa itu total akuakultur?
Istilah total akuakultur pertama kali disebarluaskan oleh (alm.) Komar Sumandinata, Guru Besar Institut Pertanian Bogor. Kata ‘total’ mengacu pada teknik permainan tim nasional Belanda, Total Football. Pada teknik tersebut semua bagian dikerahkan bersama-sama, baik ketika melakukan serangan maupun bertahan.
Total akuakultur mempunyai arti menerapkan semua unsur yang memengaruhi produktivitas suatu budidaya secara simultan dan sebaik mungkin. Dengan begitu, jika timbul permasalahan yang dapat mengurangi produktivitas atau bahkan kegagalan, bisa diatasi lebih dini.
Ada beberapa hal yang memengaruhi produktivitas antara lain air, kondisi ikan, dan faktor pendukung lainnya. Faktor pendukung ini misalnya teknologi pakan, pemacu pertumbuhan dan peningkatan daya tahan, serta skala usaha.
Budidaya ikan dengan sistem total akuakultur telah banyak diterapkan pada budidaya skala industri, terutama di luar negeri. Salah satunya, budidaya ikan salmon. Pengaplikasian sistem total akuakultur ini mengontrol berbagai hal. Mulai dari kualitas air kolam hingga penggunaan probiotik dan vitamin. Produksi yang dihasilkan pun sesuai dengan perencanaan yang sudah ditentukan.
Sistem total akuakultur menjamin keberlangsungan usaha budidaya ikan. Berdasarkan praktik lapangan, sistem ini mampu meningkatkan hasil budidaya ikan. Misalnya, budidaya lele di Pesantren Nurul Iman, Purwokerto, hasil panen dari 10 kg/m2 menjadi 50 kg/m2, biaya operasionalnya pun lebih rendah.
Aplikasi budidaya sistem total akuakultur lebih efektif diterapkan pada budidaya ikan air tawar. Adapun budidaya ikan air laut belum dapat berhasil dengan baik. Ini karena lingkungan laut belum bisa dikontrol dengan baik, demikian pula halnya dengan ketersediaan benih unggul untuk komoditas air laut.
Dari paparan tadi, berikut kelebihan budidaya ikan sistem total akuakultur.
- Tidak perlu lahan luas: pembesaran lele di kolam terpal berdiameter 3 m, mampu menampung 3.000 ekor.
- Mudah dilakukan: penerapan total akuakultur cocok pada segmen pembesaran.
- Modal lebih minim: biaya yang dikeluarkan untuk pembesaran benih lele sebanyak 3.000 ekor adalah Rp4 juta dengan volume kolam terpal bulat 3 m3.
- Panen lebih cepat: dengan ukuran benih 7—9 cm akan bisa dipanen dalam waktu dua bulan.