Pertanianku — Efek dari racun bahan kimia pertanian disebut-sebut telah menyebabkan setidaknya 1.715 kasus kematian selama tiga tahun terakhir di Thailand.
“Kematian hampir 600 orang setiap tahun, secara langsung merupakan hasil dari penggunaan insektisida, herbisida, fungisida, dan pestisida,” kata Sekretaris Jenderal Keamanan Kesehatan Nasional (NHSO) Dr. Sakchai Kanjana-wattana, mengacu pada statistik dari universal skema perawatan kesehatan.
Dikutip dari Asia One, Senin (10/9/2018), Dr. Sakchai mengatakan angka-angka seperti itu dikompilasi dengan bukti yang jelas. Menurutnya, insektisida organofosfat dan karbamat, herbisida, fungisida, dan pestisida “mengirim” sekitar 5.000 orang rata-rata ke rumah sakit setiap tahun. Biaya perawatan mereka sekitar 22 juta baht per tahun, atau sekitar Rp9,9 miliar dengan kurs Rp452 per 1 baht.
Pada tahun fiskal 2016, sebanyak 4.924 orang datang berobat ke rumah sakit karena efek racun dari bahan kimia pertanian. Sebagai catatan, di Thailand, tahun fiskal dimulai pada 1 Oktober dan berakhir pada 30 September.
Pada tahun fiskal 2017, ada 4.983 pasien dalam skema perawatan kesehatan universal dirawat karena efek beracun dari bahan kimia pertanian yang berbahaya. Sejak 1 Oktober 2017 hingga Juli 2018, bahan kimia pertanian berbahaya seperti itu secara langsung merusak kesehatan setidaknya 4.000 orang, 520 di antaranya meninggal.
“Ketika kami melihat rinciannya, Zona Kesehatan 1 memiliki jumlah kasus seperti itu,” kata Sakchai.
Zona Kesehatan 1 meliputi Provinsi Chiang Mai, Lamphun, Lampang, Mae Hong, Chiang Rai, Phrae, Nan dan Phayao. Ada 13 zona kesehatan di Thailand. Sakchai mengatakan, bahaya dari bahan kimia pertanian bisa lebih luas secara kenyataan, mengingat statistik yang disusun oleh agensinya hanya terfokus pada dampak langsung.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa bahan kimia pertanian ini kemungkinan akan berdampak jangka panjang pada kesehatan masyarakat melalui tanaman yang terkontaminasi dan lingkungan juga,” kata Sakchai.
Menurut Jaringan Siaga Pestisida Thailand (Thai-PAN), tes darah sukarela yang dilakukan pada 612 pengunjung sebuah rangkaian pameran jamu dan makanan, yang digelar antara 29 Agustus hingga 2 September, menemukan bahwa mereka telah terkontaminasi dengan bahan kimia pertanian.
Dari mereka yang menjalani tes darah, 377 atau 61,6 persen memiliki tingkat kontaminasi yang berisiko. Sebanyak 118 orang lainnya atau 19,3 persen terkontaminasi berbahaya. Beberapa dari 116 lainnya telah terkontaminasi, tetapi dalam tingkat yang aman.