Pertanianku — Saat ini, sedang dilakukan pengembangan kawasan budidaya lele berbasis digital di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pengembangan tersebut seiring penggunaan mesin otomatis dalam pemberian pakan ikan di kawasan budidaya lele.
Digitalisasi lewat pembuatan mesin pemberi pakan itu dilakukan oleh sebuah startup, yakni eFishery yang bergerak di bidang perikanan di Desa Krimun dan Desa Puntang, Kecamatan Losarang.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan, hal itu sebagai lompatan transformasi praktik digitalisasi di sektor budidaya ikan.
“Digitalisasi di sektor perikanan budidaya akan membuat nilai jual lebih tinggi, sarana dan prasarana usaha yang lebih efisien, dan kemudahan akses teknologi produksi yang pada akhirnya membuat usaha budidaya makin efisien sehingga pendapatan bisa meningkat,” kata Slamet dalam pernyataan resmi, Rabu (20/2).
Menurutnya, upaya digitalisasi tersebut menunjukkan bahwa adanya niatan dari para pelaku usaha untuk menghadapi revolusi industri keempat. Pihaknya pun meyakini, komoditas lele kini semakin menjadi primadona seiring dengan meningkatnya konsumsi ikan di masyarakat. Di satu sisi, lele telah menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia.
Meski begitu, ia mengingatkan, masifnya pengembangan usaha budidaya ikan jangan sampai melupakan prinsip keberlanjutan. Prinsip ramah lingkungan wajib untuk dijaga para pelaku pembudidaya.
“Penataan kawasan budidaya seperti pengaturan IPAL (instalasi pengolahan air limbah), sirkulasi keluar masuk air untuk budidaya berkelanjutan harus benar-benar diimplementasikan,” katanya.
Sementara itu, CEO eFishery, Gibran Huzaifah menjelaskan, manfaat penggunaan alat pemberi pakan otomatis membuat pembudidaya lebih hemat pakan. Sebab, waktu pemberian pakan serta jumlah penakaran telah diatur oleh sistem. Adapun cara mengoperasikan mesin hanya melalui ponsel yang telah terpasang aplikasi khusus.
Ia mengatakan, mesin tersebut sejatinya telah diperkenalkan sejak 2013 silam. Hingga saat ini, sudah terdapat ratusan pembudidaya yang memanfaatkan aplikasi tersebut. Hasil yang diperoleh pun terbukti dengan adanya peningkatan jumlah panen hingga empat kali setahun.
“Perikanan memiliki potensi menjadi industri yang besar, pembudidaya Indonesia juga terkenal ulet dan menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Oleh sebab itu, saya yakin kita bisa menjadi pionir dalam implementasi teknologi dalam kegiatan budidaya ikan,” ujarnya.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya, Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu, Edi Umaedi, mengatakan, Kabupaten Indramayu layak menjadi percontohan kampung perikanan digital. Sebab, hingga saat ini Kabupaten Indramayu telah memiliki lahan berupa kolam budidaya air tawar hingga 560,87 hektare.
Dari jumlah itu, sebanyak 58,68 persen atau 329,15 hektare digunakan untuk budidaya ikan lele. Sentra budidaya ikan lele meliputi kecamatan Losarang, Kandanghaur, dan Sindang.
Menurut Edi, sepanjang 2018, volume produksi ikan lele dari sentra-sentra budidaya tersebut mencapai 85.496,85 ton, naik 79,15 persen dari tahun sebelumnya sebesar 67.671,84 ton. Selain itu, nilai produksi pun meningkat dari Rp996.975.580.000 menjadi Rp1.336.963.249.000 atau naik 74,57 persen pada periode yang sama.