Akibat Banjir, Petani Bawang di Brebes Merugi Miliaran Rupiah

PertaniankuPetani bawang di Brebes mengalami kerugian hingga Rp55 miliar karena lahan pertanian mereka dilanda banjir selama hampir sepekan. Karena peristiwa tersebut, banyak petani yang tidak dapat mengembalikan utang modal.

petani bawang di Brebes
Foto: Google Image

Puluhan buruh tani dan petani bawang merah di Desa Pengabean Kramat Kacamatan Losari Kabupaten Brebes, tengah mencabuti tanaman bawang merah di lahan yang terendam banjir. Mereka berupaya untuk mencari bawang merah yang masih bisa diselamatkan. Salah satunya, Warsah yang memiliki lahan lebih dari setengah hektare.

“Ini mencari yang keras, tapi lebih banyak yang busuknya,” ujar Warsah seperti dikutip BBC Indonesia, Minggu (4/3).

Warsah, mengatakan pengambilan bawang merah di lahan yang baru terendam banjir lebih sulit dibandingkan panen biasa, karena tanaman terendam lumpur.

Salah seorang petani bawang merah lainnya yang memiliki lahan 7 ribu meter, yaitu Masduki, menyebutkan bahwa ini banjir terburuk yang pernah dialaminya. Ia telah menekuni profesi ini selama kurang lebih 20 tahun.

“Paling besar ga pernah seperti ini, semua terendam, ini baru ditengok saya bingung sih,” katanya.

Banjir yang menggenangi lahan pertanian di Kabupaten Brebes ini terjadi akibat curah hujan tinggi, meluapnya beberapa sungai dan jebolnya tanggul Cisanggarung.

Abdul Faqih, ketua gabungan kelompok tani di Desa Pengabean Kramat Kecamatan Losari Kabupaten Brebes mengatakan, para petani telah bergotong royong untuk memompa air dari lahan pertanian namun gagal.

“Kami kerja bakti bagaimana caranya air keluar dengan memasang pompa tiga kerja bakti air datang cepat sekali, luar biasa,” kata dia.

Berdasarkan penuturan Faqih, banjir merendam lahan pertanian sekitar lima hari, sehingga menghancurkan tanaman bawang merah seluas 210 hektare.

“Kondisi tanaman tidak dapat diambil sama sekali bahkan busuk sehingga kerugian petani itu mencapai ratusan juta sampai miliaran, dihitung dari bibit, pengolahan dan pengobatan,” papar dia.

Sangat disayangkan, sebagian besar petani yang mengalami kerugian tersebut meminjam modal dari bank sehingga terancam tak dapat melunasi utang mereka.

“Kami berupaya untuk berbicara dengan bank meminta keringanan, tapi belum ada jawaban,” pungkas Faqih.