Pertanianku — Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik hingga 70 persen di laut Indonesia hingga 2025 mendatang. Sehubungan dengan hal itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memberikan alat dan bahan percontohan untuk penyuluhan pengelolaan sampah plastik di muara Sungai Cisadane, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

Alat dan bahan tersebut merupakan hasil inovasi yang dikembangkan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor. Alat tersebut diserahkan kepada kelompok pengawas masyarakat (Pokwasmas) Kelompok Tabur Mangrove untuk dikelola bersama.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, saat ini ada 333 muara sungai di seluruh Indonesia. Seluruh muara tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak berpotensi mengalirkan sampah plastik ke laut. Bahkan, pada 2030 diperkirakan jumlah sampah akan lebih banyak dibandingkan jumlah ikan di laut jika permasalahan sampah tersebut tidak diatasi dengan benar.
“Ini yang berbahaya bagi generasi masa depan kita. Karena bagaimana pun juga, kita sangat bergantung pada laut untuk menjadi pemasok utama protein hewani dari sumber daya ikan kita,” tutur Sjarief seperti dikutip dari laman kkp.go.id.
Saat ini, kebutuhan komoditas kelautan dan perikanan Indonesia mencapai 130 juta ton per tahun. Angka tersebut harus dipenuhi untuk mencegah stunting. Salah satu upaya menjaga keberlangsungan ekosistem laut adalah mencegah pencemaran sampah.
“Kalau kita tidak menjaga laut kita dari sampah plastik, tidak mustahil pada suatu saat nanti ikan-ikan kita akan mengonsumsi plastik. Dan secara tidak langsung, ini juga akan berdampak pada kesehatan kita,” ujar Sjarief.
Sjarief menjelaskan pihaknya saat ini sudah menyelesaikan model pengelolaan sampah plastik di muara Sungai Brantas, Citarum, dan Cisadane. Program percontohan ini diharapkan bisa menjadi contoh yang dapat diterapkan di seluruh muara sungai yang ada di Indonesia.
Selain menyosialisasikan alat pengelola sampah, Sjarief juga mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan kantong alternatif yang bisa larut di alam, seperti kantong plastik dari tapioka dan rumput laut.