Pertanianku — Kulit ikan patin memiliki nilai ekonomi yang terbilang lumayan, bagian ini sering diolah menjadi makanan yang renyah. Biasanya, kulit diolah dengan ditambah bumbu telur asin, makanan tersebut dikenal dengan nama fish skin salted egg. Seiring meningkatnya permintaan kulit ikan, produsen perlu menggunakan alat pengupas kulit ikan agar dapat menghasilkan daging fillet dan kulit yang berkualitas.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Balai Besar Pengujian dan Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP) UPT Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuat inovasi alat pengupasan kulit ikan. Alat ini dapat membuat pekerjaan lebih produktif. Selain itu, menggunakan daya listrik yang terbilang cukup efisien.
“Alat pengupas kulit ikan hasil inovasi (scale-up) BBP3KP memiliki keunggulan dalam meningkatkan kapasitas produksi, mudah dioperasionalkan, aman untuk produk pangan, dan hemat energi listrik,” tutur Dirjen PDSPKP, Artati Widiarti, seperti dikutip dari laman kkp.go.id.
Kepala BBP3KP, Widya Rusyanto, menerangkan, inovasi alat pengupas kulit ikan muncul ketika industri patin sedang booming di Indonesia. Saat itu, alat masih diimpor dari Taiwan dan Jepang. Sejak 2021, inovasi terus dijalankan untuk memperbaiki alat pengupas kulit yang sudah ada, seperti penggerak V-belt diganti dengan sistem rantai, direct to motor diganti dengan menggunakan gearbox.
“Harapannya dengan menggunakan gearbox, tenaga lebih besar sehingga saat melepas kulit ikan patin yang besar-besar lebih mudah. Selanjutnya, modifikasi pada pisau, telah diubah dari model biasa ke model jepit,” papar Widya.
Factory Manager PT Kurnia Mitra Makmur Purwakarta (KMMP), Jarot Arif, telah merasakan langsung manfaat dari mesin ini. Alat pengupas kulit tersebut digunakan untuk produksi fillet ikan patin, nila, dan gurami. Sebelumnya, KMMP menggunakan tenaga kerja manual untuk melakukan pengupasan kulit ikan. Alat pengupas kulit ini dapat mengonversi tiga tenaga kerja secara langsung. Selain itu, hasil yang didapatkan juga lebih bersih.
“Kalau selama ini buyer-buyer kulit sering komplain, kalau kulit patinnya KMMP itu banyak dagingnya karena disadari kami masih menggunakan teknologi manual. Akan tetapi, dengan adanya alat yang dari BBP3KP tersebut kandungan daging yang tersisa semakin sedikit bahkan bisa habis,” jelas Jarot.