Pertanianku — Jumlah penduduk terus bertambah dan produk pertanian tidak akan bisa mencukupi kebutuhan yang juga bertambah jika tidak didampingi dengan teknologi. Kementerian Pertanian (Kementan) berinisiatif menggenjot produktivitas pertanian dengan meluncurkan Revolusi Industri 4.0 di bidang pertanian untuk menjawab tantangan zaman.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri yang keempat atau disebut juga Industri 4.0. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Sektor pertanian juga perlu beradaptasi untuk menjawab tantangan ke depan.
“Ke depan olah lahan, tanam, panen hingga pengolahan dilakukan menggunakan remote control dari rumah,” ujarnya saat melakukan kunjungan kerja ke Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), Serpong, Banten, Selasa (14/5).
Menurutnya, mekanisasi pertanian merupakan salah satu komponen penting untuk pertanian modern dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. “Inovasi dan pemanfaatannya oleh petani perlu terus didorong,” tegasnya.
Ia juga menyatakan bahwa anggaran Kementerian Pertanian untuk mekanisasi dan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) saat ini sudah naik 2.000 persen.
“Melalui implementasi Industri 4.0 disektor pertanian, diharapkan proses usaha tani menjadi semakin efisien, sehingga terjadi efisiensi, peningkatan produktivitas, dan daya saing,” jelas Amran. “Intinya, pertanian modern harus dapat menaikkan pendapatan petani, menekan biaya produksi, juga meningkatkan kesejahteraan petani,” imbuhnya.
Amran mengungkapkan, kementeriannya melalui Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) juga telah mendukung pengembangan Industri 4.0 dengan memanfaatkan teknologi-teknologi cloud computing, mobile internet, dan mesin kecerdasan (artificial intelligence).
Teknologi ini kemudian digabung menjadi generasi baru yang dimanfaatkan untuk menggerakkan traktor sehingga mampu beroperasi tanpa operator, pesawat drone untuk deteksi unsur hara, dan robot grafting.
“Semua inovasi teknologi yang telah dikembangkan oleh Badan Litbang diharapkan diadopsi dan diproduksi massal oleh para perusahaan alsintan yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha tani sehingga mampu meningkatkan produksi usaha tani dan kesejahteraan petani,” ujar Amran.
Pada kesempatan tersebut, Amran juga berkunjung melihat langsung ke lokasi workshop alsintan yang dikerjakan oleh para peneliti dan perekayasa dari BBP Mektan. Diakuinya bahwa peran perekayasa sangat penting. Oleh karena itu, sejak awal kepemimpinannya, Amran mendorong 1.128 peneliti Balitbangtan untuk melakukan inovasi dengan memberikan insentif berupa royalti.
Ia juga meminta sejumlah stakeholder penting termasuk sejumlah kepala daerah, Kepala Pusat Bidang Diklat BPPT, Kepala PUSPIPTEK dan perwakilan dari sejumlah kampus, Perusahaan Alsintan, dan Para Perekayasa, untuk mendorong sektor pertanian agar lebih berdaya saing.