Aneka Olahan Cabai Terus Dikembangkan

Pertanianku Aneka olahan cabai terus dikembangkan. Kementerian Pertanian (Kementan) fokus membangun kawasan cabai di daerah sentra. Hal tersebut guna meningkatkan produksi dan stabilisasi harga. Ini penting karena cabai sebagai salah satu komoditas hortikultura yang sensitif dan terkenal penyebab inflasi di Indonesia.

aneka olahan cabai
Foto: Pixabay

“Sesuai arahan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, untuk itulah diperlukan sentuhan pengolahan cabai sebagai solusi jangka panjang,” kata Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi, Selasa (11/12).

Menurutnya, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk hortikultura cukup menjanjikan. Cabai segar yang dikembangkan menjadi produk olahan menjanjikan para petani untuk selalu menanam cabai di daerah tanpa kekhawatiran harga.

“Salah satu daerah yang siap implemetasikan program ini, yaitu Kabupaten Pati. Sebagai sentra cabai siap mendukung olahan cabai melalui pengembangan kawasan cabai yang difasilitasi Kementan,” ungkap Suwandi.

Perlu diketahui, pada 2018, Direktorat Jenderal Hortikultura telah memfasilitasi sarana pengolahan cabai kepada kelompok tani atau kelompok wanita tani di Kabupaten Pati melalui dana APBN 2018. Berdasarkan data Dinas Pertanian setempat, tercatat produksi cabai pada 2017 sebanyak 33.310 ton. Diperkirakan produksi cabai 2018 naik sebanyak 33.450 ton dengan luas panen 449 ha.

Sentra produksi cabai Kabupaten Pati tersebar di Kecamatan Jaken, Jakenan, Pucakwangi dan Wadarijaksa. Panen raya cabai terjadi pada Februari—Maret dan Oktober—November. Harga cabai tingkat petani berkisar antara Rp8 ribu—Rp13 ribu/kg.

Di Kabupaten Pati, terdapat kelompok tani binaan Kementan yang tidak hanya bergerak di aspek budidaya, tetapi juga hingga pengolahan. Ketua Kelompok Tani, Al-Ikhlas, Sutini menuturkan, sebelum adanya alat pengolahan cabai, kelompok memproses olahan cabai secara sederhana.

Namun demikian, setelah menerima bantuan sarana alat pengolahan dan menerima bimbingan teknis pengolahan cabai dan bawang dari pemerintah, menjadikan anggota kelompok termotivasi untuk memproduksi cabai kering, sambel, saos, dan bubuk cabai.

“Dengan adanya bantuan tersebut berharap dapat meningkatkan pendapatan petani di daerahnya, karena untuk memperoleh bahan baku cabai segar tidaklah sulit, mengingat sebagian besar anggota merupakan petani cabai,” ujar dia.

Sutini menyebutkan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan tahun ini telah menfasilitasi sarana alat pengolahan cabai kepada Kelompok Wanita Tani Al-Ikhlas berupa alat pembuatan sambal, oven pengering cabai, alat penepung cabai, alat pengancur basah, dan alat pengempres botol. Bahkan, sarana packaging seperti botol kemasan ukuran sedang dan besar juga diberikan.

“Sarana alat pengolahan cabai yang diterima sudah digunakan kelompok dalam mengolah cabai dan hasilnya jauh lebih efisien dari segi waktu dan jumlah produksi. Sebagai contoh alat pengering cabai setelah dipakai ternyata sangat efektif dalam pengeringan cabai dari segi waktu, dan jumlahnya. Saat ini tersedia cabai kering 100 kg di kelompok dan siap dijual dengan harga Rp20.000 per kg,” pintanya.