Pertanianku – Penggemar burung kicauan pasti sudah tidak asing dengan telur yang satu ini. Bagi para kicau mania, kroto merupakan bahan pakan eksklusif yang kaya akan nutrisi. Kroto diyakini dapat membuat kicauan burung lebih merdu dan bulu burung lebih mengilap. Kroto juga populer sebagai bahan pakan dan umpan yang sangat digemari ikan sehingga sering dicari oleh para pemancing ikan. Bahkan, di Thailand, kroto dijadikan salah satu menu pangan yang eksotis dan salah satu bahan dalam pengobatan tradisional.
Istilah “kroto” mengacu pada telur yang dihasilkan oleh semut, terutama semut rangrang (Oecophylla smaragdina). Kata “kroto” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang kemudian menjadi populer di tanah air. Komponen yang terdapat di dalam telur semut ini terdiri atas larva dan pupa. Tampilan fisik kroto sekilas mirip dengan butiran nasi, yakni berbentuk lonjong dan berwarna putih. Ukuran sebutir kroto besar sekitar 1 cm dengan diameter 5 mm. Adapun panjang kroto kecil sekitar 5—6 mm dengan diameter 2 mm. Kroto berukuran besar biasanya akan menjadi calon ratu semut dan diproduksi sekitar bulan September hingga Januari. Sementara itu, kroto berukuran sedang (kroto halus) akan menjadi calon semut betina, semut prajurit, atau semut pekerja.
Kroto merupakan bahan pakan yang digemari oleh burung-burung insektivora, seperti cucakrawa, jalak, murai batu, kacer, kutilang, dan beo. Kroto menjadi bahan pakan yang sangat populer tak lain adalah karena kandungan proteinnya sangat tinggi.
Berdasarkan tampilan fifisiknya, hobiis burung kicauan biasa membagi kroto menjadi kroto basah, kroto halus, kroto kasar, dan kroto kacang. “Kroto basah” merupakan kroto yang paling digemari oleh burung kicauan dan sering dimanfaatkan sebagai umpan untuk memancing ikan. Kroto basah mengandung telur dan larva semut rangrang dengan kadar air yang tinggi sehingga mudah busuk. Tanpa proses pengawetan, kroto basah hanya dapat disimpan selama 24 jam. Apabila disimpan dalam lemari pendingin, kroto basah dapat bertahan hingga tiga hari. Jenis kroto basah memiliki kandungan nutrisi terbaik jika dibandingkan dengan jenis kroto lainnya. Kadar proteinnya dapat mencapai 47,80%.
Adapun jenis “kroto halus” terdiri atas semut-semut pekerja kecil dan besar. Tanpa proses pengawetan, jenis kroto ini dapat bertahan selama seminggu. Di antara berbagai jenis kroto, kroto halus merupakan jenis yang paling tidak disukai burung. Sementara itu, “kroto kasar” merupakan kroto yang terdiri atas induk ratu semut dan semut jantan. Jenis kroto ini juga dapat disimpan selama seminggu. Jenis yang terakhir, yakni “kroto kacang”, terdiri atas campuran ketiga jenis kroto, yaitu kroto basah, kroto halus, dan kroto kasar, ditambah dengan jenis pakan lain, seperti kacang, jagung, padi, dedak, voer, dan beras hijau. Kroto ini dapat tahan disimpan selama seminggu tanpa pengawetan. Kroto kacang mempunyai kandungan lemak tertinggi, yakni mencapai 17,07%.
Sumber: Buku Kupas Tuntas Budidaya Kroto Cara Modern