Pertanianku — Ulat grayak atau Spodoptera litura merupakan hama yang cukup menakutkan bagi petani karena bisa menyerang seluruh tanaman dalam waktu cepat dan mengakibatkan gagal panen. Selama ini pengendalian yang paling sering dilakukan adalah dengan insektisida. Namun, penggunaan insektisida tidak bisa sembarangan karena dapat menyebabkan masalah lain.

Ulat grayak dapat dikendalikan dengan SINPV (Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus). Virus ini merupakan musuh alami bagi ulat karena bisa menyerang ulat grayak. Berdasarkan hasil penelitan yang dilansir dari balitkabi.litbang.pertanian, penggunaan virus ini cukup efektif untuk mengendalikan populasi hama di sawah sehingga virus tersebut cukup berpotensial untuk dijadikan bioinsektisida.
Pada umumnya virus bersifat spesifik, yaitu pada tingkat genus saja. Namun, strain JTM 97C dapat mematikan ulat grayak, ulat pemakan daun, ulat jengkal, penggerek polong, perusak polong kedelai, perusak polong tanaman kacang hijau, dan ulat kubis. Hal tersebut membuktikan jika SINPV JTM 97C dapat digunakan untuk membunuh serangga hingga ke tingkat ordo Lepidoptera.
SINPV diaplikasikan dengan penyemprotan ke tanaman, manipulasi lingkungan agar wabah virus terjadi di tanaman, dan mengaplikasikannya berulang-ulang agar terjadi wabah dan akumulasi biopestisida pada satu areal pertanaman.
SINPV akan memperbanyak diri di dalam sel inangnya. Virus akan masuk ke tubuh hama ketika tanaman inangnya dimakan. Selanjutnya, virus menuju ke saluran pencernaan dan gejala penularan SINPV akan terlihat setelah 1—3 hari kemudian.
Ulat stadia satu yang sudah terkena virus akan berubah warna menjadi putih susu, tetapi gejala ini masih sulit untuk dilihat secara kasat mata dan harus menggunakan mikroskop. Ulat stadia tiga yang sudah terkena virus akan terlihat berubah warna menjadi putih kecokelatan di bagian perut bawahnya. Pada bagian punggungnya berwarna cokelat susu kehitaman.
Jika virus tersebut mengenai ulat yang sudah berada di stadia lima dan enam, kepupu yang dihasilkan memiliki bentuk sayap yang keriting. Virus tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan ulat melambat, menurunkan nafsu makan, dan gerakannya lambat. Tubuh ulat terlihat membengkak karena replikasi partikel-partikel virus di dalam tubuh ulat.
Jika tubuh ulat tersebut pecah, akan keluar cairan kental berwarna cokelat susu dan aromanya sangat menyengat. Cairan tersebut merupakan SINPV. Ulat yang mati akibat SINPV akan terlihat menggantung dengan kedua kaki semu di bagian abdomen menempel di daun membentuk huruf V.
SINPV bisa diperbanyak dengan cara in vitro atau diperbanyak dengan menginfeksi virus pada tubuh ulat grayak.