Ayam Buras Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Kutai

Pertanianku Ayam buras memiliki banyak jenis yang menjadi keunikan tersendiri untuk ayam ini di kalangan penggemar, baik ayam hias maupun untuk konsumsi. Setiap jenis ayam buras memiliki bentuk, ukuran, warna bulu, dan tingkat produktivitas yang berbeda-beda.

ayam buras
foto: pertanianku

Ada beberapa jenis ayam buras yang sudah populer di masyarakat, seperti ayam kampung, ayam kedu putih, ayam kedu hitam, nunukan, pelung, dan ayam hias.

Berdasarkan sejarah, ayam ini sudah dikenal oleh rakyat Indonesia sejak zaman Kerajaan Kutai. Saat itu, ayam buras sering dijadikan salah satu upeti oleh rakyat. Upeti tersebut bersifat wajib sehingga banyak orang yang membudidayakannya.

Sebenarnya, penamaan ayam buras diawali saat ayam ras masuk ke Indonesia. Untuk memudahkan dalam membedakan kedua jenis ayam tersebut, ayam ini dinamakan buras atau bukan ras. Dengan demikian, sebenarnya ayam buras tidak sama dengan ayam kampung.

Ayam buras sendiri berasal dari hasil domestikasi atau ayam tidak komersial/liar. Ayam ini memiliki empat spesies, yaitu Gallus varius (ayam hutan hijau), Gallus gallus (ayam hutan merah), Gallus sonnerati (ayam hutan abu-abu India), dan Gallus lavayetti (ayam hutan jingga Ceylon). Namun, seiring berjalannya waktu, terjadilah perkembangan kondisi lingkungan yang berbeda-beda dan menyebabkan terbentuknya aneka ragam jenis ayam buras.

Tidak semua jenis ayam buras merupakan ayam pedaging. Ada beberapa ayam yang termasuk golongan ayam hias dan banyak diminati oleh masyarakat. Namun, kebanyakan jenis ayam ini memang merupakan penghasil telur dan daging.

Ayam ini merupakan salah satu aset nasional yang sering menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Namun, pengembangannya masih bersifat pribadi dan masih jarang yang menernakannya untuk skala besar.

Masyarakat desa sering memelihara ayam ini dengan sistem umbar. Mereka mengumbar atau membiarkan ayam di halaman rumah dari pagi hingga sore hari untuk mencari makan sendiri. Ketika sore, ayam dimasukkan ke kadang untuk beristirahat dan melindunginya dari bahaya. Namun, kadang ada yang memelihara ayam ini tanpa kandang sehingga pada malam hari ayam tetap berada di luar rumah.

Pemeliharaan dengan cara tersebut sebenarnya kurang efektif. Perkembangan atau pertumbuhan serta kondisi kesehatan ayam susah untuk dikontrol. Selain itu, sering terjadi yang namanya perkawinan sekerabat, perkawinan tersebut menghasilkan keturunan homozigot resesif atau hewan yang memiliki kemampuan produksi dan reproduksi yang rendah.