Pertanianku — Pada era 1970-an, kerbau masih kerap dijumpai di banyak tempat. Kerbau sangat dikenal sebagai hewan pembajak yang tenaganya kerap digunakan petani untuk membajak sawah.

Namun, lain dulu, lain pula sekarang. Keberadaan kerbau amat jarang ditemukan, apalagi di kota-kota besar. Di sawah pun, jumlah binatang ini juga kian sedikit yang dimanfaatkan untuk membajak. Para petani lebih sering menggunakan jasa sapi/lembu untuk membajak sawah.
Faktanya, jumlah kerbau di negara kita memang terus menyusut. Saat ini, jumlah kerbau seluruh Indonesia diperkirakan tak sampai satu juta ekor. Padahal, 2011 saja masih ada lebih dari dua juta ekor. Sangat jauh dibanding jumlah sapi di Indonesia yang tak kurang dari 15 juta ekor.
Ada 10 wilayah yang jumlah kerbaunya paling banyak dibanding daerah lain. Kesepuluh wilayah itu adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
Kerbau dan sapi memiliki usia yang hampir sama. Kalau terus dipelihara, keduanya bisa bertahan sampai 25 tahun. Berat badan kedua hewan ternak ini juga setara, bisa mencapai kisaran satu ton atau 1.000 kg.
Pada zaman dulu, daging kerbau juga disukai masyarakat. Banyak orang yang punya hajat lebih suka menyembelih kerbau daripada sapi/lembu. Bahkan, di daerah Kudus, Jawa Tengah, soto kerbau begitu memasyarakat.
Hewan berkulit abu-abu (ada juga yang hitam atau albino/bule) ini juga memiliki banyak manfaat untuk para petani. Selain daging dan jasa untuk membajak, kulit kerbau juga sangat gurih untuk dijadikan kerupuk (biasa diberi nama kerupuk rambak). Lantaran itu, beternak kerbau sangat bermanfaat, selain juga untuk melestarikan hewan ternak ini.