Pertanianku – Untuk pembuatan kompos, tidak ada pembakuan bahan baku. Bahan baku dapat berasal dari serasah organik apa saja, sesuai dengan ketersediaan di lokasi setempat. Beberapa contoh bahan yang sering digunakan dalam pembuatan kompos sebagai berikut.
1) Residu limbah pertanian
Pemilihan residu limbah pertanian atau limbah hijauan untuk bahan baku pupuk organik harus memperhatikan tingkat C/N rasionya. Dikatakan oleh Johnson (2003) bahwa pada residu bahan organik limbah pertanian dengan C/N rasio yang tinggi cenderung terjadi proses pengekangan nitrogen dalam tanah saat proses dekomposisi. Sementara pada C/N rasio yang rendah cenderung terjadi mineralisasi pada saat proses dekomposisi.
2) Sampah organik
Sampah organik dapat menyediakan bahan organik dengan berbagai macam kandungan nutrisi. Namun, dalam penanganannya memerlukan banyak tenaga kerja dan biaya. Hal ini tidak sepadan dengan perolehan kandungan nutrisi yang relatif rendah. Komposisi sampah organik sangat kompleks, bisa terdiri dari berbagai jenis sampah seperti urine, kotoran hewan, dan sisa makanan, yang berasal dari berbagai sumber seperti halnya sampah pasar. Sampah organik biasanya hanya akan memberikan manfaat untuk jangka panjang pada konservasi lahan. Sampah organik juga dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan berbagai jenis buangan terikut, misalnya gulma dan peluruhan nitrogen ke dalam air tanah pada kondisi lingkungan tertentu. Berkenaan dengan pemanfaatan sampah organik sebagai sumber pupuk, dibutuhkan volume sangat besar dan bervariasi pada setiap jenis tanaman. Misalnya, untuk budi daya sayuran diperlukan 5—20 ton/ha; untuk tanaman padi, bisa bervariasi 5— 40 ton/ha; dan untuk tanaman serealia, sekitar 1—8 ton/ha.
3) Limbah lumpur
Limbah lumpur merupakan produk samping dari buangan rumah tangga dan pengolahan air buangan industri. Seperti halnya sampah organik, limbah lumpur komposisinya sangat kompleks dan bervariasi. Lumpur umumnya terdekomposisi lebih lambat dibandingkan dengan limbah pertanian atau kotoran hewan. Pengaplikasian limbah lumpur pada permukaan tanah akan menyebabkan unsur N di dalam limbah lumpur menguap sebagai amonium (NH3) atau akan terjadi proses denitrifikasi, apalagi jika lumpur tersebut sangat basah. Untuk mengatasi hal ini maka sering kali lumpur dibenamkan di dalam tanah di dekat parit lokasi tanam. Pemberian limbah lumpur dengan frekuensi yang sering pada lahan budi daya dapat memberikan manfaat, yaitu tersedianya bahan organik dan nitrogen pada tanah. Hal ini dapat diketahui jika dilakukan pemeriksaan, yaitu adanya peningkatan kandungan senyawa organik yang kompleks, walaupun proses dekomposisinya sangat lambat. Proses tersebut membutuhkan daur waktu yang cukup lama dalam proses penyimpanan bahan organik dan unsur-unsur hara seperti N, S, dan P. Walaupun lumpur dapat digunakan sebagai pupuk, tetapi harus hati-hati karena kandungan lumpur yang sangat bervariasi, terutama adanya kandungan logam berat. Hal ini harus diperhatikan jika lumpur akan digunakan untuk pemupukan tanaman sayuran atau tanaman sumber pakan ternak. Untuk pemanfaatan yang lebih efektif, limbah lumpur dapat diproses terlebih dahulu dengan alat yang disebut “digester” dan perlu adanya perlakuan tertentu agar dapat diperoleh bentuk padatan yang mengandung 50—60% bahan organik dan kandungan 3—6% N, 1,4% P, dan 0,2—1% K, di samping kandungan Ca, Mg dan unsur mikro lainnya.
4) Limbah hasil laut
Limbah hasil laut seperti tulang ikan, ikan rucah, kulit udang dan lobster, kulit kerang, landak laut, serta rumput laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan organik yang memiliki unsur-unsur hara tinggi dan lengkap. Pupuk organik yang bersumber dari tepung ikan dapat meningkatkan bobot kering tanaman tomat sampai 200%.
Sumber: Buku Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik