Bahaya! Terkandung Mikroplastik pada Makanan Laut

Pertanianku — Plastik sangat mencemari lingkungan. Seperti yang baru-baru ini menjadi pusat perhatian warga dunia mengenai bagaimana mikroplastik (potongan kecil mulai dari diameter 5 mm—100 nanometer) mengisi lautan dan merusak makhluk yang ada di dalamnya. Mikro-mikro plastik di laut ini kemudian memasuki rantai makanan dan akhirnya bersarang di tubuh.

mikroplastik
Foto: Pixabay

Mengutip laman Independent, Christina Thiele, kandidat PhD dalam mikroplastik laut dan Malcolm David Hudson, menjelaskan bahwa ikan dan kerang merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung mikroplastik.

Profesor dalam ilmu lingkungan di Universitas Southampton ini juga mengungkapkan, kerang di Eropa bisa mengandung sekitar 90 mikroplastik. Konsumsi cenderung sangat bervariasi antara bangsa dan generasi, tapi pemakan kerang mungkin memakan hingga 11 ribu mikroplastik per tahun.

Lebih sulit untuk mengetahui berapa banyak mikroplastik yang mungkin kita konsumsi dari ikan. Kebanyakan penelitian sampai saat ini hanya menganalisis isi perut dan usus dari organisme ini, yang biasanya dibuang sebelum dikonsumsi. Tapi, satu studi telah menemukan mikroplastik di hati ikan, menunjukkan partikel bisa didapatkan dari jaringan pencernaan ke bagian tubuh lainnya.

Mikroplastik juga ditemukan pada ikan kaleng. Angka-angka yang teridentifikasi rendah sehingga rata-rata konsumen mungkin hanya memakan hingga lima mikroplastik. Partikel yang ditemukan mungkin juga berasal dari proses pengalengan atau dari udara.

Sumber makanan laut lainnya dari mikroplastik adalah garam laut. Satu kilogram dapat mengandung lebih dari 600 mikroplastik. Jika Anda mengonsumsi asupan harian maksimum 5 gram garam, ini berarti Anda biasanya akan mengonsumsi tiga mikroplastik sehari (meskipun banyak orang makan lebih banyak daripada jumlah yang disarankan).

Namun, penelitian lain telah menemukan berbagai jumlah mikroplastik dalam garam laut, mungkin karena metode ekstraksi berbeda yang digunakan. Ini adalah masalah yang meluas dalam penelitian mikroplastik yang membuatnya sulit atau tidak mungkin untuk membandingkan studi.

Sebagai contoh, satu studi tampaknya hanya mencari microfibres (untaian kecil bahan buatan seperti poliester). Sementara, studi lebih lanjut hanya mencari mikroplastik yang lebih besar dari 200 mikrometer.

Penelitian garam laut yang disebutkan di atas tidak berusaha untuk menghilangkan dan menghitung semua mikroplastik dari sampel garamnya. Itu malah memberikan perkiraan berdasarkan proporsi partikel yang ditemukan. Ini berarti menunjukkan 1 kilogram garam mengandung setidaknya 600 mikroplastik, tetapi angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.