Balitbangtan Berhasil Mengolah Gulma Siam Menjadi Bioherbisida Pengendali Gulma

Pertanianku — Gulma yang muncul di sekitar tanaman budidaya harus diberantas agar pertumbuhan tanaman lebih maksimal dan tidak menjadi inang bagi hama serta penyakit. Kini, pengendalian gulma dapat lebih mudah dengan bioherbisida yang berasal dari gulma Siam.

BIOHERBISIDA
foto: Pertanianku

Bioherbisida tersebut berhasil diciptakan oleh Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi (Balitkabi) bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan). Siti Muzaiyanah, salah seorang peneliti Balitkabi menjelaskan bahwa penelitian gulma Siam atau Chromolaena adorata sebagai bioherbisida telah dimulai sejak 2017 lalu.

Di dalam gulma Siam terdapat bahan aktif berupa hasil metabolit sekunder, yaitu alelopati, kandungan tersebut disinyalir mampu menekan angka pertumbuhan gulma di lahan.

“Gulma Siam berpotensi sebagai bahan untuk bioherbisida. Dengan pemberian ekstrak daunnya mampu mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh subur di sekitar tanaman budidaya,” tutur Siti seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.

Bioherbisida ini dapat mengendalikan pertumbuhan gulma di lahan secara alami sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Manfaat paling penting dari pengendali gulma ini adalah tidak meninggalkan residu yang berbahaya bagi produk pertanian. Selain itu, penggunaan bioherbisida ini mampu menekan biaya produksi akibat pembelian herbisida.

“Dengan memanfaatkan bioherbisida, tidak meninggalkan residu yang bersifat toksik pada produk pertanian. Sehingga akan menghasilkan produk pertanian yang lebih aman dan sehat untuk dikonsumsi oleh masyarakat,” imbuh Siti.

Kepala Balitkabi, Titik Sundari mengatakan, penggunaan bioherbisida sama seperti penggunaan herbisida. Keduanya sama-sama terbukti efektif dan efisien menanggulangi gulma.

Terobosan yang diciptakan oleh Balitkabi dan Balitbangtan dapat digunakan petani untuk menghemat biaya tenaga kerja yang bertugas untuk menyiangi gulma di lahan tanpa membahayakan produk pertanian yang dihasilkan.

“Sama halnya dengan herbisida, bioherbisida juga dapat menekan kebutuhan tenaga kerja dibandingkan penyiangan secara manual dan mekanis. Tentu, dengan bioherbisida lebih aman terhadap produk pertanian,” jelas Titik Sundari.