Pertanianku — Salah satu inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) adalah budidaya kenaf atau Hibiscus cannabicus L. Tanaman kenaf merupakan salah satu penghasil serat selain rosela dan yute.
Serat dari tanaman tersebut berfungsi sebagai bahan baku pembuatan karung goni, karpet, tali, geotekstil, dan kerajinan tangan. Dr. Fajdry Djufry menyampaikan, agribisnis tanaman kenaf memiliki prospek yang sangat bagus untuk dikembangkan jika dilihat dari sisi ekonomi. Hampir semua bagian tanaman bisa digunakan untuk bahan baku industri.
“Untuk itu, kenaf yang merupakan salah satu varietas andalan penghasil serat di Indonesia ini, berpotensi memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi,” tutur Fadjry seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.
Balitbangtan melalui Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) yang terletak di Malang, Jawa Timur, sudah lama melakukan penelitian dan pengembangan budidaya kenaf.
“Banyak teknologi terkait kenaf yang telah dihasikan Balittas, antara lain berupa varietas unggul, pemupukan, dan sistem tanam,” tambah Fadjry.
Marjani, peneliti Balitbangtan, menjelaskan saat ini negara utama penghasil kenaf, yute, dan rosela adalah India. Sementara itu, perkembangan budidaya tanaman kenaf di Indonesia mengalami penurunan. Luas area tanaman kenaf pada lima tahun terakhir hanya tinggal 500—1.000 hektare. Penurunan tersebut disebabkan oleh persaingan dengan komoditas tanaman pangan lainnya.
Untuk mengatasi persaingan tersebut, Balitbangtan melalui Balittas mengembangkan teknologi budidaya kenaf di lahan-lahan suboptimal, seperti lahan kering, PMK, gambut, lahan pasang surut, dan lahan banjir. Upaya ini juga bisa meningkatkan produktivitas lahan marjinal yang masih belum difungsikan secara optimal.
Balittas sudah melepaskan beberapa varietas unggul kenaf, di antaranya KR 9, KR 11, KR 12, KR 14, KR 15, Kenafindo 1, dan Kenafindo 2. Selain varietas, Balittas juga memiliki teknologi pemupukan yang sudah disesuaikan untuk lahan bonorowo, lahan irigasi, lahan kering, lahan rawa lebak, dan lahan PMK.
Balittas juga akan mengembangkan teknologi tumpang sari jagung-kenaf untuk meningkatkan pendapatan petani. Kenaf bisa ditanam di antara barisan jagung setelah tanaman jagung berumur 15—20 hari setelah tanam.