Balitbangtan Mengatasi Serangan Tungro di Sulawesi Selatan

Pertanianku — Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolittungro) bersama petani berupaya mengatasi serangan tungro. Kegiatan tersebut dilakukan di Desa Tadang Palie, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

tungro
foto: pertanianku

Awalnya, petugas Instalasi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian Organisme Penyakit Tanaman (IP3OPT) Tiorang melaporkan adanya area persawahan seluas 5 hektare yang terserang penyakit kuning. Setelah dilakukan pengamatan lapangan, ternyata hampir 80 persen areal lahan sawah mengalami perubahan warna daun menguning dan pertumbuhan padi yang berumur dua bulan terlihat kerdil.

Kepala Lolittungro, Fausiah T. Ladja menyampaikan bahwa serangan terjadi karena petani tidak menanam padi secara serempak. Akibatnya, penyakit tungro mudah menyebar di areal sawah dengan pertumbuhan yang tidak seragam.

“Dalam satu hamparan untuk memutus siklus penyakit tungro, petani harus mau tanam serempak. Sebab, wereng hijau sangat menyukai tanaman padi dengan umur 1—2 bulan,” ujar Fausiah seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.

Karena pertumbuhan yang tidak seragam, serangan wereng hijau tidak bisa terkendali. Fausiah juga menyarankan kepada petani untuk menanam varietas yang tahan terhadap tungro pada musim tanam selanjutnya. Lolittungro sudah mengeluarkan varietas benih yang tahan terhadap serangan penyakit tungro, yaitu Inpari 36 lanrang dan Inpari 37 lanrang.

“Kami siapkan benih tahan tungro (taro) untuk lokasi yang terserang saat ini, untuk ditanam pada musim tanam berikutnya dan sekaligus akan dilakukan pendampingan,” papar Fausiah.

Pertumbuhan padi yang kerdil dan daun yang menguning sudah berlangsung sejak satu bulan yang lalu. Padahal, awalnya padi sudah tumbuh dengan baik hingga pada akhirnya setelah berumur 1—2 bulan, padi mendapatkan serangan wereng hijau.

Petani setempat menjelaskan alasannya mengapa tidak melakukan penanaman serempak, yaitu karena ketersediaan air yang sedikit sehingga alirannya harus bergantian.

Baca Juga:  JAH Cultura Hadirkan Teknologi Pengolahan Air untuk Pertanian dan Perikanan

“Kami mau tanam serempak apabila air memadai, kondisi saat ini kami harus bergiliran untuk mengaliri lahan,” tutur Bachri, salah satu petani terdampak penyakit tungro.

Varietas tahan tungro yang ditawarkan kepada petani di Desa Tadang Palie, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang memiliki potensi hasil yang cukup besar, yakni 9—10 ton/hektare dan tekstur nasi yang akan dihasilkan adalah pulen.