Pertanianku — Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) terus menciptakan teknologi modern terbaru di bidang pertanian untuk mendukung kemajuan industri pertanian. Pada waktu yang bersamaan saat merilis drone penebar benih, Balitbangtan juga merilis drone penebar pupuk granul.
Sebelumnya, Balitbangtan sudah berhasil merilis drone penyemprot pestisida untuk memudahkan para petani melakukan penebaran pestisida. Kini, drone penyemprot pestida dimodifikasi sehingga bisa digunakan untuk menebar pupuk granul.
Drone yang merupakan pesawat tanpa awak ini sudah digunakan banyak industri untuk membantu proses produksi menjadi lebih efisien dan hemat. Petani hanya perlu memasukkan data dalam remote control dan mengisi pupuk pada bagian drone.
Sebelumnya, drone penyemprot pestisida dimodifikasi menjadi drone penebar benih dengan menambahkan bagian penampung benih dan menambahkan bagian pengendali keluaran benih padi. Pada drone penebar pupuk granul, bagian penampung benih diganti dengan penampung pupuk granul (fertilizer metering devices).
Dilansir dari laman Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian, drone penebar pupuk granul dirancang untuk mampu membawa pupuk granul seberat 15 kg. Namun, juga tergantung pada jenis pupuk granul yang digunakan.
Kecepatan tanam dari drone ini sebesar 2—3 km/jam dengan ketinggian terbang sebesar 1,5—2,0 m dari permukaan tanah. Lebar kerja drone penebar pupuk ini mencapai 4 meter dengan kapasitas kerja 0,8—1 hektare/jam (1,00—1,25 jam/hektare). Kemampuan drone ini memang sama dengan drone penebar benih karena menggunakan mesin yang sama, hanya ada beberapa modifikasi tambahan.
Penggunaan drone ini dianggap lebih efisien untuk membantu aktivitas pertanian. Pasalnya, petani hanya perlu mengontrol drone tersebut melalui remote control. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penggunaan drone ini mampu mengefisiensikan biaya produksi hingga 40 persen.
Dalam 1 hektare, pemupukan yang dibantu oleh drone hanya membutuhkan biaya sebesar Rp1,4 juta. Biaya ini terbilang lebih murah dibandingkan pemupukan secara konvensional yang membutuhkan dana hingga Rp2 juta.
Hal tersebut juga terjadi pada drone penebar padi. Kemampuan drone penebar padi diketahui sepuluh kali lebih cepat dibanding menanam padi dengan tenaga manusia. Oleh karena itu, penggunaan kedua jenis drone ini sebenarnya mampu menghemat biaya produksi serta waktu.