Pertanianku – Budi daya kerang di Bandar Lampung semakin berkembang pesat. Jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah kerang hijau. Metode budi daya yang digunakan seperti tancap, rakit tancap, rakit apung, dan tali rentang. Saat ini produksi kerang di Bandar Lampung menyumbang 1,94% dari produksi kerang nasional sebesar 718,7 ton.
Di Lampung sendiri berdiri beberapa kelompok yang membudidayakan kerang hijau. Salah satu kelompok yang sukses menjalankan bisnis budi daya kerang hijau adalah Pokdakan Sinar Harapan di Teluk Bone 2 Sinar Laut Kota Karang Raya, Telukbetung Timur, Bandar Lampung.
Kelompok ini merupakan hasil binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Ketua Pokdakan Sinar Harapan Alfian, mengatakan bahwa saat ini kelompoknya beranggotakan 10 orang dan mengembangkan budi daya kerang hijau menggunakan metode rakit apung.
“Proses budidayanya sederhana, yakni dengan membuat rakit apung dari bambu, dan menggunakan drum sebagai pelampungnya, kemudian menambahkan tali gantungan sebagai media kerang menempel,” ucap Alfian.
“Setelah selesai hanya tinggal menunggu benih-benih kerang datang dan menempel pada substrat gantungan tersebut. Umumnya ketersediaan benih banyak terjadi pada Februari dan Juli,” tambah Alfian.
Dalam satu unit rakit apung berukuran 8×200 m dapat menampung sekitar 3.000 hingga 4.000 gantungan, dan umumnya terdapat 1 kg benih per gantungan. Rakit-rakit apung tersebut ditempatkan pada kedalaman 3–5 m dengan panjang gantungan mencapai 1–1,5 m dari permukaan air.
Menurut Alfian modal produksi untuk budi daya kerang hijau relatif terjangkau, yaitu sekitar Rp8 juta per unitnya. Masa pemeliharaan budi daya kerang hijau membutuhkan waktu sekitar 5 bulan dan dapat memproduksi sebanyak 3 ton per unit rakit dengan harga jual Rp6.000/kg. Dalam satu kg kerang hijau ada sekitar 40—60 ekor/kg.