Baru 15 dari Total 127 Komoditas Perkebunan Sumbang PBD

Pertanianku — Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan saat ini baru 15 dari total 127 komoditas perkebunan yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

komoditas perkebunan
Pertanianku

Direktur Jenderal Perkebunan Bambang memaparkan sektor perkebunan pada 2016 menyumbang Rp429 triliun terhadap PDB nasional. Jumlah tersebut melebihi migas yang hanya Rp365 triliun.

Adapun 15 komoditas perkebunan yang telah menyumbang PDB antara lain kelapa sawit, kopi, kakao, kelapa, teh, vanili, serta rempah-rempah seperti lada dan cengkih.

“Pendapatan kita dari Rp429 triliun, baru berasal dari 15 komoditas, padahal sektor perkebunan punya 127 komoditas yang belum dikelola dengan baik,” katanya pada Peringatan HUT Ke-60 Perkebunan di Institut Pertanian (Instiper) Yogyakarta, Minggu (10/12).

Ia mengungkapkan, sumbangan terbesar terhadap PDB nasional itu berasal dari komoditas minyak kelapa sawit (CPO) dengan nilai lebih dari Rp206 triliun. Padahal, pendapatan tersebut dicapai dalam kondisi perkebunan yang belum maksimal.

Menurut Bambang, Indonesia harus memanfaatkan potensi sektor perkebunan di tengah komoditas energi fosil seperti batubara dan migas yang berangsur habis. Pasalnya, banyak negara lain yang menghendaki kejayaan perkebunan Indonesia. Oleh karena itu, Kementan berupaya agar produk perkebunan nasional terbebas dari isu negatif di pasar dunia.

Hal senada disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono. Ia menyebutkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (CPO) sudah lebih dari 20 juta ton.

Namun menurutnya, Indonesia harus lebih kuat mempromosikan produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan.

“Kita punya dasar CPO kita lebih berkelanjutan dari Malaysia. Mereka dalam melakukan promosi jauh lebih giat. Berita terakhir ISPO kita paling rendah kualitasnya,” tutur Mukti.

Ia menilai bahwa CPO merupakan salah satu komoditas yang paling disoroti dari segi aspek lingkungan. Hal itu karena dianggap sebagai faktor utama penggundulan hutan dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim global.

Akan tetapi, perluasan lahan yang paling besar justru ada pada komoditas kedelai dan bunga matahari seluas 150 juta hektare. Sementara, penggunaan lahan CPO Indonesia dan Malaysia disebut efisien karena hanya memakan luas 11,5 juta hektare.