Pertanianku — Indonesia mulai mengembangkan berbagai teknologi pertanian guna menggenjot produksi hasil pertanian. Untuk menjalankan teknologi tersebut dibutuhkan para petani muda yang masih produktif. Hal ini karena petani muda akan lebih mudah untuk mengaplikasikan teknologi pertanian tersebut.

Peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Vanda Ningrum, menegaskan perlunya edukasi mengenai teknologi dan variasi teknik budidaya pertanian yang berkelanjutan bagi para pemuda pedesaan.
Terlebih, saat ini lahan pertanian kian terbatas.
“Teknik budidaya yang berkelanjutan ini akan mengurangi ketergantungan petani pada penggunaan pupuk kimia dan lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan,” ungkapnya, di Gedung LIPI, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain itu, Vanda mendorong pemerintah memberikan insentif bagi profesi petani yang bertujuan menarik para pemuda menjadi petani.
“Tidak hanya guru saja yang diberikan insentif, profesi petani juga harus diberikan,” ujar Vanda.
Seperti diketahui, profesi petani kini sudah tidak dilirik lagi para pemuda sebagai generasi penerus. Untuk itulah, LIPI mendorong untuk memberlakukan kebijakan regenerasi petani Indonesia. Saat ini usia petani nasional mengalami ancaman penuaan karena sebagian besar berusia 45 tahun ke atas.
Sementara itu, anak petani yang kembali menjadi petani untuk melanjutkan usaha tani keluarganya hanya sekitar tiga persen.
Pernyataan LIPI ini keluar setelah melakukan riset mengenai pemuda dan pertanian di tiga kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Sragen, Klaten, dan Sukoharjo.
Masing-masing kabupaten diwakili oleh 50 kepala keluarga sehingga terdapat 150 kepala keluarga yang diriset oleh LIPI.