Pertanianku — Indonesia berada di posisi ketiga penghasil beras terbesar di dunia dengan jumlah produksi yang mencapai hingga 75,6 juta ton. Namun, kondisi tersebut tidak menjamin nasib petani Indonesia juga sejalan dengan hasil pertaniannya.

Ada perbedaan mendasar mengenai nasib petani di Indonesia dengan petani di negara maju. Berikut ini uraiannya.
- Pendidikan
Petani di Indonesia dengan petani di Jepang sangat berbeda. Dari segi pendidikan, petani di Indonesia tak jarang mereka hanya seorang lulusan sekolah dasar, bahkan ada yang sama sekali tak berpendidikan. Berbeda dengan petani di Jepang. Pemeritah di sana fokus untuk mengembangkan petaninya dari keterampilan (skill) dan penghasilan sehingga Jepang mempunyai standar pendidikan dalam keahlian bertani.
- Gaya hidup
Gaya hidup petani Indonesia terbilang terbatas, bahkan banyak yang kekurangan. Hal ini karena hasil tani mereka dibayar murah, padahal sampai ke konsumen harganya bisa melejit. Selain itu, latar belakang pendidikan yang rendah juga menyebabkan banyak petani sulit bangkit dari keterpurukan ekonominya.
Di Thailand, para petaninya rata-rata memiliki usaha sampingan dan membuka bisnis taninya, hingga para petani di Thailand dapat memenuhi segala kebutuhan mereka. Untuk membiayai sekolah anak hingga ke perguruan tinggi pun tidak masalah. Bahkan, profesi petani di Thailand menjadi warisan anak cucu mereka.
- Kualitas
Produk tani di Indonesia tak kalah dengan luar negeri, kualitas hasil pertanian Indonesia cukup bagus dan petani Indonesia sendiri kompeten mengelola pertaniannya secara langsung. Hal ini berkat mengandalkan kemampuan peramalan yang turun langsung dari nenek moyang mereka.
Untuk sebuah kualitas produksi pertanian, para petani di negara maju membawa hasil panennya untuk melakukan tes uji kualitas, dan meminta informasi tentang mengoptimalkan penanaman berikutnya.
- Teknologi
Indonesia memiliki potensi yang luar biasa, tetapi para petaninya masih menggunakan alat tradisonal untuk mengelola pertaniannya. Meskipun sudah memiliki teknologi mutakhir yang menggunakan traktor, tak jarang ada juga yang masih menggunakan kerbau untuk pengelolahan karena terbilang lebih ekonomis. Lagi-lagi, terkendala finansial.
Berbeda dengan di Jepang, pekerjaan petani di sana bukanlah pekerjaan dengan level ekonomi menengah ke bawah. Dalam keseharian, para petani di Jepang menggunakan teknologi modern seperti transplanter, sepeda listrik, dan rumah kaca.
- Jaminan
Di luar negeri, selain jaminan petani yang mengalami gagal panen, petani di Amerika juga mendapat bantuan pengetahuan dan teknologi dari berbagai pihak, terutama universitas. Mereka bisa dengan mudah mendapat informasi bibit unggul terbaru, kondisi cuaca harian, bahkan harga berbagai jenis panenan.