Bibit dalam polibag sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Penanaman markisa pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) akan memperlambat umur berbunga, yakni setelah 10—12 bulan. Penanaman pada akhir musim hujan menyebabkan tanaman akan berbunga pada umur sekitar enam bulan.
Tanaman markisa dapat dirambatkan pada pohon hidup atau kayu Gliricidia. Markisa yang dirambatkan dengan sistem pagar produksinya lebih tinggi. Pemupukan dengan NPK (15—15—15) sebanyak 25—100 g/tanaman, tergantung umurnya. Di Karo, markisa dirambatkan pada tiang bambu yang masih bercarang (cabang ranting) hingga tumbuh seperti hutan (sistem perdu). Namun, cara ini akan menyulitkan saat perawatan dan pemanenan buah. Dianjurkan perambatan dengan sistem pagar dengan jarak 3 m agar pengaturan cabang lebih mudah dan dapat dikombinasi dengan tanaman lain (misalnya kopi). Sebagai tiang pagar, dapat digunakan tanaman hidup, yaitu Gliricidia atau kayu jaran (Lannea grandis). Untuk menjalarkan batang markisa, digunakan kawat yang dibentangkan mendatar seperti pada perambatan tanaman anggur.
Setelah bibit yang ditanam di sepanjang pagar (jarak 2—3 m) mencapai bentangan kawat terbawah, ujung bibit segera dipotong. Dari tunas yang tumbuh, dipilih tiga tunas yang kekar. Dua tunas dijalarkan pada bentangan kawat terbawah dan satu lagi dibiarkan tumbuh mencapai bentangan kawat di atasnya. Pekerjaan seperti ini diulangi hingga semua kawat bentang dijalari oleh 1—2 tunas yang merupakan cabang buah.
Bunga muncul pada ketiak daun, biasanya berdaun tunggal. Bila cabangcabang buah belum berbunga maka ujung cabang perlu dipotong (dipotes). Buah akan bergantung pada kawat tersebut. Namun, petani di Indonesia tidak pernah melakukan pemangkasan seperti ini sehingga produksinya rendah.
Sumber: Buku Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah