Benarkah Kepala Udang Bisa Diolah Jadi Biomedis?

Pertanianku – Ketika mengolah udang, pasti Anda akan membuang kulit beserta kepala udang sebelum memasaknya bukan?! Namun, tahukah Anda ternyata kulit dan kepala udang dapat dimanfaatkan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Purwantiningsih yang menyebutkan kulit dan kepala udang mengandung senyawa kimia, yakni kitin. Senyawa ini bisa diubah menjadi kitosan yang bermanfaat untuk biomedis dan farmasi.

“Salah satu manfaat kitosan di bidang biomedis atau farmasi adalah sebagai material untuk pengantar obat ke target atau mengendalikan pelepasan obat sesampainya ke target,” kata Purwanti.

Ia mengatakan limbah kulit dan kepala udang besarnya mencapai 50—60 persen. Limbah tersebut masih mengandung senyawa kimia, di antaranya kitin, yakni sebesar 20 sampai 30 persen.

Berdasarkan riset yang dilakukannya, Purwanti menyebutkan komposit kitosan-alginat mampu menahan pelepasan ketoprofen atau obat antiradang non-steroid biasanya untuk obat rheumatik dalam medium asam, dan melepas kandungan obat ketoprofen 10,69 persen. Sementara itu, dalam medium basa mampu melepas obat ketoprofen sebesar 80—99,58 persen.

“Obat rheumatik atau ketoprofen jika dikonsumsi terus menerus akan menumpuk di lambung sehingga menimbulkan tukak lambung,” tambahnya.

Namun, setelah ketoprofen dilapisi kitosan, obat yang terlepas di lambung dalam kondisi asam hanya 10 persen dan pelepasan obat maksimum sebesar 80—90 persen saat obat sampai di usus dalam kondisi basa.

“Artinya pelapisan ini bisa mencegah tukak lambung dan obat tepat sasaran,” katanya.

Komposit kitosan bertaut silang glutaraldehid dengan penambahan hidrokoloid alginat menujukkan ciri membran film yang lebih unggul. Difusi ketoprofen melalui komposit ini diawali dengan proses pembengkakan membran kitosan saat menyatu dengan cairan.

Purwanti mengungkapkan awalnya membran memiliki pori. Setelah membengkak, membran memiliki lubang-lubang dangkal yang tidak menembus permukaan membran.

“Pembengkakan membran menyebabkan rongga menjadi lebih besar dan pori membran menjadi terbuka. Proses pembukaan pori ini yang unik dan sangat baik untuk digunakan dalam pengantar obat,” katanya.

Purwanti menambahkan stabilitas mikrokapsul tersebut sangat tinggi dengan usia guna 14 pekan dan mampu menjaga kualitas obat hingga tiga bulan penyimpanan. Ketoprofen yang masih tersalut masih di atas 90 persen dari kadar awalnya.