Pertanianku — Saat ini sudah banyak petani yang tertarik menggunakan benih padi hibrida dan inbrida, sedangkan varietas klasik sudah mulai ditinggalkan. Pasalnya, pengadaan varietas hibrida dan inbrida dinilai lebih cepat serta produksinya pun lebih tinggi.
“Benih itu sangat penting dalam rangka meningkatkan produksi padi per hektarenya,” ucap Presiden Jokowi ketika mengunjungi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, dilansir dari laman Indonesia.go.id.
“Kalau yang di sini (daerah Subang), petani lebih suka varietas Inpari 42 dan Inpari 32. Potensinya 12 ton per hektare, tapi kalau bisa 7–8 ton sudah sangat baik,” imbuh Presiden.
Inpari 42 dan Inpari 32 bukan hanya disukai oleh petani di Subang, dua varietas hibrida tersebut juga populer di Indramayu, Cirebon, dan daerah sentra padi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, serta beberapa daerah di Pulau Sumatera.
Kelompok Petani Harapan di Desa Tanjung Terdana, Kecamatan Pondok Kubang, Kabupaten Bengkulu Tengah telah menanam Inpari 42 sejak dua tahun lalu di lahan 10 hektare. Hasilnya cukup memuaskan, rata-rata panen sebesar 7,1 ton per hektare dan tanaman tergolong genjah. Padi hanya perlu 21 hari di persemaian, kemudian ditambah 90–65 hari di petakan sawah.
Sementara itu, petani yang tergabung di Poktan Mekar Bakti di Desa Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten, telah memilih Inpari 32. Uji coba budidaya varietas hibrida ini sudah dilakukan sejal awal 2021 dengan diawasi oleh tenaga ahli dari Puslitbang Tanaman Pangan Kementan. Panen dari uji coba tersebut mencapai 9,5 ton per hektare dan susut menjadi 8 ton ketika tidak ada pendampingan.
Produktivitas Inpari 32 memang tergolong lebih rendah dari Inpari 42. Namun, Poktan Mekar Bakti lebih memilih Inpari 32 karena umurnya lebih pendek, yakni hanya 21 hari di persemaian dan 85 hari di petakan sawah. Selain itu, varietas ini dianggap lebih tahan penyakit kresek atau hawar daun yang sering mengakibatkan daun padi muda layu dan mati. Selama ini hawar daun telah menjadi endemik di Desa Panimbang.
Varietas Inpari 42 dirilis pada 2016 dan Inpari 32 pada 2013. Kedua varietas padi ini cocok untuk padi sawah dengan air irigasi stabil. Selain kedua varietas tersebut, masih ada lebih dari 100 jenis benih padi di lapangan. Setiap tahunnya BB Padi Sukamandi merilis belasan varietas padi baru dengan berbagai spesifikasi. Misalnya, pada 2020, BB Padi Sukamandi merilis lima varietas baru.