Pertanianku – Umumnya rumah walet menyerupai bangunan gedung besar yang luasnya bervariasi dari 4 m x 10 m sampai 20 m x 30 m. Ketinggian gedung walet ada yang hanya satu lantai ( 3 m), dan ada pula yang memiliki 6 lantai (18 m). Tinggi tembok tersebut belum termasuk wuwungan (bubungan atap).
1. Bubungan atap
Tinggi-rendahnya bubungan atap sangat mempengaruhi kondisi suhu dan kelembapan gedung walet. Semakin tinggi bubungan, rumah walet akan semakin baik dan lebih disukai oleh walet. Semakin lebar jarak antarbubungan dengan plafon, berarti rongga antarbubungan dengan plafon akan semakin bertambah besar. Dengan demikian, volume udara dalam ruangan juga semakin besar sehingga panas udara tidak sepenuhnya menyinggung plafon.
Rumah setinggi itu tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi di sekitarnya karena walet hanya mau memasuki rumah yang lubang masuknya bebas dari hambatan. Jika rumah tersebut tertutup oleh hambatan di sekitarnya maka perlu dibangun rumah yang lebih tinggi lagi.
2. Atap
Untuk mengurangi terik matahari, sekaligus mengendalikan suhu dan kelembapan ruangan pada malam hari, sebaiknya atap dibuat dari genting. Seng tidak baik dipakai untuk atap rumah walet karena mudah terpengaruh oleh suhu udara. Suhu dan kelembapan udara dalam ruangan gedung walet yang beratap seng menjadi labil. Atap asbes lebih tipis daripada genting sehingga peredaman udara di dalam ruang di bawah atap genting lebih baik daripada asbes. Genting yang terbaik adalah genting pres tanah liat. Dengan demikian, atap dari genting mampu menjaga suhu ruang dalam rumah agar tetap stabil dan tidak mudah panas pada siang hari atau terlalu dingin pada malam hari.
3. Sirip
Sekat-sekat untuk melekatnya sarangsarang walet (sirip) sebaiknya dibuat dari kayu yang kuat. Bahan untuk membuat sirip sebaiknya berupa bahan yang dapat tahan lama, tidak mudah dimakan rayap, dan tidak perlu cepat diganti. Penggantian yang terlalu sering bisa mengganggu ketenangan walet.
Seriti atau walet cenderung menyukai tempat bersarang yang kering dan kasar. Tempat bersarang seriti dan walet biasanya berupa sirip dari bahan kayu yang telah dipasang di plafon. Agar kering, papan sirip bisa dijemur beberapa hari atau dioven. Semua jenis papan dapat dipakai. Seriti dan walet tidak menyukai papan yang masih basah karena bau.
Agar seriti dan walet mudah menempel di papan sirip maka papan sirip jangan diserut sehingga tetap kasar. Dengan demikian, akan memudahkan seriti dan walet untuk menempel dan membuat sarang. Banyak orang yang beranggapan bahwa untuk mengundang walet bersarang, papan sirip direndam dalam air yang dicampur kotoran walet serta mengoles papan sirip dengan campuran putih telur itik atau campuran lainnya.
Ada pula orang yang mencampur kuning telur itik, madu, dan minyak ikan; lalu dioleskan di papan sirip. Konon, baunya khas dan disukai walet sehingga cepat menarik walet untuk bersarang. Namun, pengolesan ke sirip dengan bahan-bahan itu mengundang tikus dan semut.
4. Dinding
Dinding gedung dibuat dengan susunan batu bata yang kedua sisinya diplester dengan semen. Plesteran tidak perlu sampai halus. Ketebalan dinding tembok sekitar 45 cm (dua bata). Selain kondisi dalam gedung sejuk dan lembap, hal ini juga dimaksudkan sebagai faktor pengaman dari ulah pencuri yang terkadang membobol dinding. Gedung walet yang sudah selesai dibangun bisa segera difungsikan untuk memanggil kehadiran walet. Ba semen gedung baru ternyata tidak bermasalah bagi walet. Namun demikian, sebaiknya rumah walet dibilas terlebih dahulu.
Sumber: Buku Panduan Lengkap Walet