Pertanianku — Bertanam dengan cara konvensional menggunakan media tanah sangat berbeda dengan bertanam secara hidroponik. Jika pada cara konvensional kita dipusingkan dengan pengukuran EC/TDS larutan nutrisi atau pH air, pada hidroponik kita akan dihadapkan pertanyaan: “Seberapa sering kita harus mengganti larutan nutrisi yang ada di dalam tandon?”
Sebenarnya, tidak ada rumus pasti yang menentukan kapan larutan nutrisi harus diganti. Namun, berdasarkan pengalaman serta pengamatan, berikut ini beberapa hal yang harus kita ketahui, perhatikan, dan kita lakukan terlebih dahulu sebelum mengganti larutan nutrisi.
Pertama, kita harus secara rutin menambah air segar ke dalam larutan nutrisi dalam tandon dan jangan lupa untuk mengukur dan menyesuaikan kembali level pH yang dianjurkan.
Mengapa harus menambah air segar? Karena adanya faktor evaporasi (penguapan) serta transpirasi yang menyebabkan level air nutrisi dalam tandon berkurang.
Hal kedua yang perlu kita sadari adalah seiring dengan berkurangnya air dalam larutan nutrisi, kepekatan nutrisi bukannya berkurang, malah sebaliknya larutan nutrisi akan menjadi semakin pekat (keras). Oleh karena itu, penambahan dilakukan hanya menggunakan air segar, bukan dengan air yang sudah dicampuri air nutrisi.
Catat berapa banyak tambahan air segar yang dimasukkan ke tandon. Pada saat jumlah air segar yang ditambahkan ke dalam tandon sama dengan setengah total volume (kapasitas) nutrisi dalam tandon, maka itu adalah saat yang tepat untuk mengganti air nutrisi.
Misalnya, apabila tandon Anda dapat menampung 40 liter air larutan nutrisi, maka saat catatan penambahan air segar telah mencapai 20 liter. Itulah saatnya untuk mengganti larutan nutrisi dalam tandon.