Berikan Pakan Kulit Kakao pada Sapi Membuat Daging Rendah Kolesterol

Pertanianku – Kulit kakao ternyata menyimpan banyak kegunaan. Salah satunya untuk pakan hewan ternak, khususnya sapi. Sapi yang mengonsumsi kulit kakao bisa membuat dagingnya menjadi rendah kalori. Benarkah demikian?

Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram (Unram) menemukan pakan penurun tingkat kolesterol daging sapi.

“Hasil penelitian di Fapet UGM dan Fapet Unram menunjukkan bahwa sapi Bali yang diberi pakan KBK dicampur dengan jerami jagung, mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 62,5 mg/100g,” kata Peneliti Senior Fakultas Peternakan UGM Edi Suryanto, Ph.D, sebagaimana melansir Antara (12/7).

Edi mengatakan bahwa pakan penurun tingkat kolesterol tersebut adalah kulit kakao yang bisa dicampur dengan jerami jagung sebagai pakan ternak.

Lebih lanjut Edi Suryanto mengungkapkan bahwa secara umum sapi yang pakan utamanya tidak dicampur dengan kulit buah kakao mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 80—100 mg per 100g.

Karena itu, menurunnya tingkat kolesterol daging sapi dipastikan akan menurunkan konsumsi daging berkolesterol tinggi bagi masyarakat yang mengkonsumsi daging tersebut.

“Memasuki Bulan Ramadan biasanya masyarakat mengonsumsi daging sapi cukup banyak. Karena itu, sangat perlu diperhatikan kadar kolesterol yang dikandung dalam daging sapi, supaya tetap sehat dan bugar selama saat menjalankan ibadah puasa,” ujarnya.

Dampak lain pencampuran kulit buah kakao ke dalam pakan ternak sapi juga menghasilkan beberapa kelebihan. Pertama, kandungan karkas (daging dan tulang) tercatat sebesar 52,4 persen. Kedua, area mata rusuk atau “rib eye area” daging sapi seluas 58,6 cm².

Untuk mencapai hasil penurunan kolesterol yang maksimal, kulit buah kakao perlu difermentasi sehingga meningkatkan kualitas dan kecernaan sehingga dapat dikonsumsi sapi secara optimal.

Pasalnya, saat ini pakan ternak selalu kurang atau langka di musim kemarau, sedangkan produksi kulit buah kakao sangat melimpah di Indonesia dan dapat diberikan pada sapi untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi, sehingga sapi dapat tumbuh dan memproduksi daging yang optimal dan rendah kolesterol.

“Oleh karena itu, kulit buah kakao perlu diproses dan disosialisasikan pada peternak untuk menjadi pakan sapi. Integrasi antara peternakan sapi dan perkebunan kakao perlu dilakukan sehingga integrasi dan kolaborasi bidang peternakan dan perkebunan dapat menjadi solusi kekurangan pakan di musim kemarau,” ungkapnya.

Penelitian itu diharapkan dapat berkontribusi positif bagi peternak di Indonesia khususnya untuk meningkatkan kualitas daging sapi sekaligus memanfaatkan kondisi kekurangan pakan di musim kemarau.