Pertanianku – Penggunaan biopestisida dalam budi daya sayuran organik sangat tepat. Hal ini karena biopestisida bersifat efektif, ekonomis, mudah diaplikasikan, dan ramah lingkungan. Penggunaan pestisida alami ini diperlukan untuk menghindari dampak buruk terhadap tanaman maupun lingkungan di sekitarnya.
Biopestisida dibedakan menjadi dua macam, yaitu pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman, baik dari daun, buah, biji, atau akar. Biasanya bagian tanaman tersebut mengandung senyawa atau metabolit sekunder serta memiliki racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati umumnya digunakan untuk mengendalikan hama (bersifat insektidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal). Penggunaan pestisida nabati di Indonesia sangat prospektif karena bahan tersedia di alam sekitar sehingga mudah didapat, biaya rendah, tidak memberikan efek negatif, dan ramah lingkungan.
Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama adalah famili Meliaceae (mimba dan algae) dan famili Anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, dan biji buah nona). Mimba mengandung senyawa azadiractin sebagai antibakteri, sedangkan sirsak mengandung asetogenin. Tanaman yang bersifat bakterisidal di antaranya adalah gambir.
Pestisida hayati adalah pestisida yang mengandung mikroba tertentu, baik berupa jamur, bakteri, maupun virus. Mikroba yang dikandungnya bersifat antagonis terhadap mikroba penyebab penyakit atau menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun, baik bagi serangga maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman). Bakteri yang telah diteliti dan banyak digunakan sebagai pestisida hayati adalah genus Bacilus, di antaranya B. polimyxa, B. substilis, dan B. thuringiensis.
Contoh pestisida hayati yaitu Bio-PF, Bio-GL, Gliocompost, dan Prima BAPF. Bio-PF berbentuk cair, efektif mengendalikan penyakit layu bakteri dan cendawan, rebah kecambah, dan bercak daun yang disebabkan oleh Fusarium sp., Phytium sp., Vericillium albo-atrum, Alternaria spp., dan Rhzoctania solani. Bio-GL berbentuk cair dan mengandung Gliocladium spp. Pestisida hayati ini dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit tular tanah serta penyakit layu Fusarium, Phomosis seclerotiodes, Phytium spp., Rhizoctania solani, dan Sclerotinia sclerotiorum. Sementara Prima-BAPF merupakan pestisida hayati yang berbentuk cairan serta mengandung Bacillus sp. dan P. fluorescens. Prima-BAPF dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit akar bengkak, rebah kecambah, layu Fusarium, layu bakteri, busuk daun Rhizoctonia, dan karat.
Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia mulai dikurangi, bahkan beberapa petani tidak menggunakannya sama sekali. Penggunaan kedua bahan tersebut dalam kurun waktu panjang akan berdampak negatif pada kehidupan serta keberadaan musuh alami hama dan penyakit.
Selain itu, penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ledakan hama dan penyakit serta degradasi biota tanah. Residu pestisida dalam produk sayuran juga akan menimbulkan berbagai penyakit bagi orang yang mengonsumsinya. Dengan demikian, pada saat ini penanaman secara organik untuk menghindari adanya residu pestisida menjadi faktor penentu daya saing produk-produk pertanian di pasar global.
Sumber: Buku 15 sayuran Organik dalam Pot