Pertanianku — Anda yang tinggal di perkotaan, sudahkah mengikuti tren bertanam sayuran di lahan sempit seperti akuaponik? Jika belum, maka tidak ada salahnya untuk Anda mengetahui terlebih dahulu kendala bertanam sistem akuaponik dan cara penanganannya.
Akuaponik merupakan perpaduan sistem budidaya sayuran dan ikan yang saling terhubung, ikan mendapatkan asupan nutrisi melalui pakan yang diberikan oleh pembudidaya. Sementara, sayuran mendapat nutrisi dari kotoran ikan dan sisa pakan yang terlebih dahulu diuraikan sehingga bermanfaat untuk pertumbuhan sel dan sintesis pertumbuhan tanaman.
Berbeda dengan sistem bertanam modern lainnya, kendala dalam akuaponik menyangkut ikannya juga. Karena itu, saat membudidayakannya perlu perhatian secara teliti. Berikut ini beberapa kendala bertanam sistem akuaponik berikut cara pencegahannya.
- Tanaman kerdil dan daun menguning
Tanaman kerdil karena pertumbuhannya terhambat dan daunnya menguning akan terjadi pada akuaponik yang tidak menggunakan sistem filterisasi, tetapi langsung mengalirkan dari kolam ke rak tanaman lalu kembali lagi ke kolam. Hal ini terjadi karena adanya perombakan amonia menjadi nitrat dan nitrit yang bisa diserap oleh tanaman. Karena itu, ketersediaan sistem filterisasi adalah sebuah keharusan bagi sistem akuaponik.
- Hama tanaman
Serangan hama berupa ulat dan belalang dapat menyebabkan kegagalan panen apabila tidak segera tertangani karena dua jenis hama ini memakan daun tanaman. Hama ulat dan belalang dapat dimusnahkan secara manual, yaitu ditangkap dan dimusnahkan. Bisa juga ditanggulangi dengan menggunakan pestisida nabati.
- Bibit ikan mati
Kematian bibit ikan setelah ditebar bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, tidak adanya persiapan air kolam sehingga kondisinya belum ideal pada saat bibit ditebar. Kedua, waktu tebar bibit sebaiknya dilakukan pada pagi hari, jangan di siang hari terutama pada saat terik matahari karena akan membuat bibit stres dan mati.
- Pertumbuhan tanaman dan ikan tidak optimal
Apabila pertumbuhan ikan dan tanaman tidak optimal, salah satu penyebabnya adalah jumlah pakan yang diberikan kurang dari kebutuhan pakan ikan yang seharusnya, serta kondisi pH air berubah-ubah dan tidak terkontrol. Selain itu, hal itu juga disebabkan oleh sistem fertilisasi yang tidak berjalan baik. Penanganan tiap kondisi yang terjadi harus disesuaikan dengan penyebabnya, agar tindakan tepat sasaran.