Pertanianku — Di tengah pandemi Covid-19, bidang hortikultura justru meningkat tajam. Hal ini karena masyarakat membutuhkan buah dan sayuran untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Dua bahan pangan tersebut kini menjadi prioritas utama masyarakat untuk dibeli karena buah dan sayur mengandung banyak vitamin.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo optimis komoditas pertanian bisa tetap stabil di tengah pandemi. Sejak diumumkannya kasus Covid-19 di Indonesia, permintaan sayur dan buah langsung mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
“Kita harus dapat menjaga stamina dan daya tahan tubuh dari infeksi Covid-19 dengan mengonsumsi sayur dan buah lokal,” kata Mentan Syahrul seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.
Hingga saat ini, hampir seluruh produk hortikultura, khususnya buah dan sayur mengalami kenaikan. Permintaan buah dan sayur tetap berjalan baik pada tingkat pasar domestik meskipun tetap mengalami dampak dari perubahan ekonomi secara global. Kondisi seperti ini seharusnya bisa menjadi peluang untuk memperkenalkan produk lokal yang sangat baik kepada masyarakat yang sedang membutuhkan asupan vitamin.
“Ini namanya era new normal di mana gaya hidup social distancing. Social distancing akan terus ada selama vaksin belum ada. Lalu, masyarakat berkeinginan untuk meng-imboost immunity. Selain itu, perasaan selalu berasa di rumah menyamankan. Online shopping menjadi hal yang tetap berlangsung,” jelas pakar hortikultura IPB University, Prof. Sobir seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.
Kebutuhan boost immunity seharusnya bisa menjadi peluang bisnis yang dimanfaatkan oleh pelaku bisnis hortikultura. Saat masa social distancing, mereka bisa berkolaborasi dengan perusahaan penjualan online untuk menjangkau pasar dengan cara yang mudah, efisien, dan aman. Dengan cara ini, kebutuhan vitamin masyarakat dapat terjaga dengan baik di tengah pandemi.
“Bisnis hortikultura dapat mendatangkan pendapatan tiga kali lipat lebih besar ketimbang padi. Jika masyarakat tetap fokus untuk boosting immunity, maka bisnis hortikultura tentunya meningkatkan pendapatan,” tutur Sobir.
Bisnis hortikultura saat ini sudah berhasil menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Jika dibandingkan dengan pertanian padi yang hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 8 persen, bidang usaha ini dapat menyerap tenaga kerja hingga 30 persen. Artinya, jika bidang hortikultura dikelola dengan manajemen yang baik serta dibantu oleh pemerintah guna memperlancar usaha, bidang usaha ini dapat menjadi alternatif pemasukan masyarakat yang terdampak Covid-19.