Pertanianku – Biji mangga lazim disebut pelok yang terdiri dari kulit biji yang keras (endokarp) dan dua keping biji yang berdaging. Ukuran dan bentuk biji mangga sangat bervariasi, tergantung jenis dan varietasnya. Ada yang besar atau kecil. Bentuk biji mangga ada yang membulat maupun pipih. Sifat biji ada yang monoembrional atau poliembrional.
1. Biji monoembrional dan poliembrional
Tanaman mangga monoembrional mempunyai biji yang mengandung hanya satu embrio. Bila biji ini ditanam, akan tumbuh menjadi tanaman baru yang hanya menghasilkan satu tanaman. Sementara itu, tanaman mangga poliembrional mempunyai biji yang mengandung beberapa embrio. Bila biji ini ditanam, akan tumbuh menjadi tanaman baru yang menghasilkan beberapa tanaman baru.
Tanaman yang berasal dari mangga poliembrional dapat dipisah-pisah dan ditanam sendiri sebagai tanaman yang bebas. Tanaman mangga yang monoembrional umumnya memiliki embrio bastar yang merupakan hasil persilangan alam dari bunga dua tanaman berbeda varietas. Tanaman yang tumbuh mempunyai sifat campuran dari dua sifat tanaman induknya. Pada tanaman mangga poliembrional, walau bijinya mengandung beberapa embrio, tetapi hanya satu embrio yang dihasilkan dari penyerbukan silang bungabunga yang berasal dari dua varietas berbeda. Embrio lain berkembang dari pertumbuhan vegetatif sel-sel nucellus (jaringan yang terdapat dalam bakal biji) sehingga memiliki sifat seperti pohon induknya.
Tanaman yang berasal dari hasil perkawinan biasanya hidupnya akan tertekan, bahkan sering kali mati karena terdesak oleh pertumbuhannya. Untuk itu, tanaman poliembrional sebaiknya digunakan sebagai batang bawah untuk okulasi karena mampu mendorong pertumbuhan batang atas.
Mangga monoembrional yang varietas buahnya bermutu baik sebaiknya jangan dikembangbiakkan dengan biji. Hal ini karena tanaman barunya akan mengalami perubahan sifat dan tidak sesuai dengan induknya. Lebih baik, tanaman monoembrional diperbanyak dengan okulasi atau disambung dengan batang bawah dari tanaman poliembrional. Lain halnya dengan tanaman poliembrional yang buahnya bermutu baik, sebaiknya perbanyakannya dilakukan cukup dengan menggunakan biji saja. Hal ini karena sifat biji poliembrional sama persis dengan induknya.
2. Asal-usul embrio poliembrional
Embrio aseksual atau embrio adventif berasal dari sel-sel epidermis nucellus. Sel-sel tersebut terletak pada ujung-ujung mikrofil, yakni pada sisi yang berlawanan dengan funikel. Perkembangan embrio dimulai sesudah jumlah inti endosperm bebas terbentuk. Sel-sel makin lama makin bertambah besar, kemudian menghancurkan dan memakan selsel nucellus di sekitarnya.
Sel-sel yang bertambah besar mungkin bisa mencapai empat puluh, tetapi hanya beberapa saja yang bisa mengadakan pembelahan dan menghasilkan embrio. Perkembangan selanjutnya, sel-sel yang menonjol masuk ke dalam kantong embrio.
Sumber: Buku Bertanam Mangga di Kebun dan Pot