Biofoam, Pengganti Styrofoam yang Ramah Lingkungan

Pertanianku — Untuk mengurangi dampak buruk styrofoam, para peneliti Balai Besar Pascapanen di Balitbang Pertanian, membuat inovasi pengganti kemasan yang lebih ramah lingkungan, yakni biofoam.

biofoam
Foto: Google Image

Styrofoam merupakan salah satu wadah makanan paling populer yang sering kita jumpai. Mi cup instant, makanan siap saji, daging, sayur, dan buah adalah contoh sebagian makanan yang biasa dikemas dalam wadah styrofoam.

Sayangnya meski praktis dan mudah didapat, bahan-bahan yang terdapat dalam kemasan ini berbahaya bagi kesehatan serta tidak ramah lingkungan. Karena itulah kini muncul alternatif penggantinya dari bahan alami yang disebut biofoam.

Styrofoam adalah salah satu varian dari polystyrene (PS). Sebagaimana namanya, polystyrene adalah polimer dari monomer stiren. Dalam proses pembuatan polystyrene, ada beberapa monomer stiren yang tidak turut bereaksi dan mengendap menjadi residu kimia.

Residu ini berpotensi lepas dan bergabung dengan makanan sehingga dapat membahayakan kesehatan. Apalagi jika makanan dalam styrofoam ini kemudian bercampur dengan suhu/air yang terlalu panas atau terlalu dingin. Bercampurnya residu dengan makanan inilah yang memicu timbulnya kanker.

Dampak buruk lain dari penggunaan styrofoam adalah mencemari lingkungan karena bahan-bahan pembuatnya sulit terurai. Butuh waktu 400 hingga 500 tahun hanya untuk menguraikan satu buah styrofoam.

Biofoam sendiri dibuat dari limbah pertanian seperti jerami, ampok jagung, dedak, tandan kelapa sawit, serta bahan berserat lainnya. Semua bahan-bahan tersebut diolah dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai kebutuhan.

Dinamakan biofoam karena kemasan makanan ini terbuat dari bahan baku alami, yakni pati dengan tambahaan serat untuk memperkuat strukturnya. Biofoam tidak hanya bersifat mudah terurai, tetapi juga dapat didaur ulang dan dipakai berkali-kali.

Biofoam dalam pembuatannya tidak menggunakan bahan kimia berbahaya seperti benzene dan styrene yang telah dikategorikan oleh beberapa lembaga internasional seperti WHO, EPA, dan IARC sebagai bahan pemicu kanker.

Adapun prosesnya menggunakan teknologi thermopressing, dimana adonan pati, serat serta bahan adiktif lain dicampurkan dengan komposisi tertentu dan selanjutnya ditambahkan cairan hingga mencapai 50%.

Adonan selanjutnya dicetak pada suhu 170—180° C selama 2—3 menit. Biofoam ini memiliki kekuatan tekan dan tarik yang lebih baik dibandingkan styrofoam (31,80 N/mm2 dan 52,64 N/mm2). Untuk saat ini, tingkat ketahanan terhadap air masih rendah dibandingkan styrofoam sehingga aplikasinya khusus untuk mengemas produk dengan kadar air rendah.