Pertanianku — Kutu kebul atau Bemisia tabaci Gennadisu merupakan hama yang dapat merusak tanaman dengan cepat. Serangan hama ini bisa menyebabkan petani kehilangan hasil panen sebnayak 50—100 persen. Selain serangan yang cepat, kutu juga membawa berbagai jenis virus yang menjadi cikal bakal penyebab penyakit pada tanaman.
Di dunia ada empat spesies kutu kebul yang wajib diwaspadai karena dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar. Spesies tersebut antara lain Bemisia tabaci, Bemisia argentifolii, Trialeurodes abutilonea, dan Trialeurodes vaporariorum. Hama ini memiliki 600 spesies tanaman inang yang berasal dari 67 famili.
Di Indonesia, hama kutu kebul lebih sering dijumpai menyerang tanaman tomat, kentang, mentimun, selada, bunga potong gerbera, singkong, kedelai tembakau, lada, ubi jalar, buncis, terung, dan kubis. Sementara itu, tanaman liar yang disukai oleh hama adalah babadotan.
Imago dan nimfa hama menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan pada daun. Serangan tersebut menyebabkan gejala bercak nekrotik pada daun karena sel-sel jaringan pada permukaan daun mengalami kerusakan. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan daun menjadi terhambat.
Peneliti Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Malang, Yusmani Prayogo, telah menemukan jamur yang dapat mengendalikan hama kutu kebul. Jamur tersebut adalah Aschersonia aleyrodis yang dapat berpotensi menjadi biopestisida.
“Jamur ini membunuh hama kutu kebul dengan cara menginfeksi sistem pencernaannya. Selain itu, jamur ini juga menginfeksi telur hama kutu kebul sehingga tidak dapat menetas dan perkembangan serangga menjadi nimfa atau stadium lebih lanjut sangat rendah/kecil,” papar Yusmani Prayogo seperti dilansir dari laman litbang.pertanian.go.id.
Jamur Aschersonia aleyrodis merupakan salah satu jenis jamur hayati yang dapat menekan populasi hama kutu kebul sebanyak 83,84 persen. Jamur tersebut juga mampu menggagalkan telur hama untuk menetas hingga sebanyak 96,78 persen.
Selama ini petani sudah menggunakan berbagai cara untuk mengatasi serangan hama yang cukup meresahkan ini. Petani pun sudah menggunakan pestisida kimia dengan dosis yang melampau anjuran agar hama bisa menghilang. Namun, sayangnya penggunaan pestisida tersebut malah membuat populasi hama melonjak naik dan hama semakin sulit untuk dikendalikan.
Bahkan, beberapa waktu terakhir ini hama tersebut dikabarkan mulai kebal dengan beberapa formula pestisida kimia. Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya resistensi hama terhadap pestisida yang berkepanjangan, penggunaan agen hayati seperti jamur Aschersonia aleyrodis menjadi pilihan yang dianggap tepat.