Bongkar Ratoon, Peremajaan Tanaman Tebu untuk Mencapai Swasembada Gula

Pertanianku — Direktorat Jenderal Perkebunan telah merencanakan beberapa kegiatan pada 2020 hingga 2023 untuk mencapai swasembada gula pada 2023 mendatang. Salah satu strategi yang tengah gencar dilakukan ialah bongkar ratoon, yakni peremajaan tanaman yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu dalam ton per hektare.

bongkar ratoon
foto: Pixabay

Bongkar ratoon dilakukan dengan tujuan utama mendorong peningkatan produksi dan produktivitas tebu. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian, dan profesionalisme petani tebu.

Dilansir dari cybex.pertanian.go.id, bongkar ratoon dilakukan dengan cara pelaksanaan pembongkaran tanaman ratoon yang lama dan dilakukan konsepsi penggantian varietas. Kegiatan bongkar ratoon perlu dilakukan karena bibit tebu yang sudah mengalami pengeprasan berulang-ulang akan menyebabkan penurunan hasil rendemen sehingga memengaruhi hasil gula yang didapatkan.

Tebu yang sudah dikepras berulang-ulang akan menyebabkan serabutnya tinggi, batang tanaman mengecil dan kerdil, serta terdapat akumulasi penyakit sistemik sehingga mudah menjadi inang hama. Kondisi tersebut menyebabkan produktivitas tanaman menjadi turun.

Bongkar ratoon perlu dilakukan untuk tanaman yang sudah dikepras sebanyak 3 sampai 4 kali atau lebih dari 4 kali dengan varietas unggul yang sudah direkomendasikan.

Dengan peremajaan, tanaman tebu akan memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi daripada tindakan perawatan ratoon. Perawatan ratoon sendiri merupakan pemeliharaan tanaman tebu keprasan secara intensif.

Jika dilihat dari hasil rendemen, metode bongkar ratoon dapat menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibanding tanaman tebu yang mendapatkan tindakan rawat ratoon. Dengan begitu, tindakan peremajaan ini bisa membuat petani mendapatkan perolehan yang lebih tinggi daripada melakukan rawat ratoon.

Namun, sayangnya hingga saat ini masih banyak petani yang enggan melakukan bongkar ratoon sehingga tanaman tebu terus dikepras hingga lebih dari empat kali. Kondisi tersebut tentu saja menyebabkan produktivitas tanaman menjadi terus menurun.

Oleh karena itu, dibutuhkan adanya peran penyuluh pertanian yang dapat memberikan edukasi kepada petani agar mereka dapat memahami manfaat dari bongkar ratoon. Jika tingkat kesadaran petani untuk peremajaan tanaman meningkat, besar kemungkinan target swasembada gula pada 2023 akan tercapai.