Bonita, Harimau yang Bunuh Dua Pekerja Kebun Sawit Riau

PertaniankuBonita, harimau sumatera di Indragiri Hilir, Riau, yang menewaskan perempuan buruh sawit, Jumiati (33), awal Januari ini kembali menerkam korban kedua, yakni Yusri Efendi (34), Sabtu (10/3/18). Hingga Senin (19/3/2018), perburuan terhadap harimau Bonita telah memasuki hari ke-75.

Bonita
Foto: Google Image

Seperti dilansir laman Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Bonita telah memangsa korban jiwa. Saat ini, tim rescue gabungan sedang gencar mencarinya.

“Bukan untuk diburu, sama sekali bukan. Namun, untuk diselamatkan. Diselamatkan dari kegeraman warga yang ingin balas dendam dengannya, diselamatkan dari kemungkinan dia sakit yang menyebabkan perilakunya berubah, dan terutama diselamatkanlah jiwa warga Pelangiran dan sekitarnya dari ancaman maut si Bonita,” tulis BBKSDA Riau.

Sosialisasi dan pemasangan box trap di daerah lintasan harimau sudah dilakukan oleh tim sejak lebih dua bulan lalu. Memberikan sejenis makanan kesukaan yang mengandung sedatif dan pemakaian obat bius pun telah diupayakan. Namun, hingga kini, harimau Bonita tetap tidak terpancing.

Inikah penyebabnya Bonita memangsa manusia?

Febri Anggriawan Widodo, Research and Monitoring (Tiger and Elephant) Modular Leader WWF Indonesia menjelaskan, terjadi perubahan perilaku terhadap satwa langka ini hingga agresif menyerang manusia.

Kondisi ini, kata Febri, bisa terjadi karena virus dari hewan mangsaan, alam dirusak atau ada motif ingin balas dendam pada manusia itu sendiri. Faktor terakhir ini, menurutnya bisa terjadi karena perburuan yang dilakukan oleh manusia.

“Kami sempat menerima info itu. Tim kami juga sempat menemukan jerat berupa kawat di tengah hutan saat patroli,” ujar Febri.

Sembari menunggu Bonita berhasil ditangkap, tim memberi edukasi pada masyarakat dan perusahaan agar melakukan beberapa upaya pencegahan guna menghindari konflik lanjutan.

Febri menyarankan, perusahaan memasang papan peringatan. Tidak membuka hutan yang jadi habitat harimau, tak melewati koridor perlintasan harimau. Selain itu, perusahaan juga harus membersihkan konsesi supaya tidak jadi persembunyian harimau dan memerintahkan karyawan keluar atau bekerja tak seorang diri.

Ia juga mengingatkan untuk membawa senjata saat keluar atau bekerja di dalam perkebunan tetapi jangan sampai membunuh satwa. Bila harimau berhasil ditangkap, tim akan membawanya ke kandang observasi untuk diperiksa apakah harimau menderita penyakit, mengalami cacat atau perubahan perilaku.

“Kalau ketiganya tidak terdeteksi, kami akan melepas ke habitat asal. Seperti di kawasan rawa gambut termasuk di suaka margasatwa,” kata Febri.