Pertanianku – Buah lengkeng Kalimantan sudah digolongkan sebagai tanaman buah langka. Hal ini karena minimnya petani yang membudidayakan tanaman buah tersebut. Namun, keberadaannya masih menyita perhatian masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, mengingat rasa buahnya yang manis menyerupai buah lengkeng pada umumnya.
Menurut Doni Ferysandi, seorang penjual sekaligus hobiis tanaman buah langka. Popularitas lengkeng kalimantan di luar Pulau Kalimantan memang agak meredup. Dari segi rasa masih di bawah rambutan dan lengkeng hasil introduksi.
“Selain itu, bibitnya yang langka juga menjadi masalah kurang membuatnya populer ,” tutur Doni. Bentuk buah ini bundar sebesar kelereng dengan daging buah mirip lengkeng. Tidak heran jika sebagian masyarakat Kota Samarinda menyebutnya sebagai buah lengkeng asli Kalimantan.
Layaknya pohon-pohon yang tumbuh di hutan Kalimantan, pohon ihau memiliki batang yang besar dan kokoh serta menjulang tinggi. Buah ini memiliki dua jenis warna, yaitu kuning kecokelatan dan hijau. Perbedaan jelas pada buah ini dengan lengkeng atau rambutan adalah kulit luar ihau yang tidak mulus.
Doni menambahkan, karena semakin banyak orang mencari buah ihau, sekarang telah banyak dibudidayakan oleh petani di pinggiran Kota Samarinda, tepatnya di Desa Lempake Kecamatan Samarinda Utara. Harga satu kilogram ihau berkisar antara Rp15.000 hingga Rp20.000 per kilogram. Harga ini cukup pantas jika bersaing dengan buah lengkeng impor, apalagi buahnya sudah punya cap langka. “Dulu ketika ditanya asal buah, penjual ihau hanya menjawab asalnya dari pedalaman Mahakam yang hutan-hutan lebat, tapi sekarang tidak, karena sudah ada yang mulai membudidayakannya,” tutur Doni.