Pertanianku – Selain program pemuliaan yang konvensional, perbaikan produktivitas gurami juga dicoba melalui jalur inkonvensional yaitu transgenik. Transgenik yang sudah dicoba adalah memasukkan hormon pertumbuhan yang berasal dari gurami varietas unggul untuk menambah jumlah hormon yang ada pada benih gurami. Urutan DNA hormon pertumbuhan gurami telah berhasil ditelusuri dan diekstrak serta diproduksi, kemudian dititipkan atau disuntikkan pada larva gurami.
Upaya penyuntikan hormon pertumbuhan gurami dilakukan ke dalam telur yang sudah dibuahi, terutama di awal pembelahan sel yang pertama, yaitu sekitar 5 menit setelah fertilisasi dilakukan. Namun, perlakuan tersebut ternyata masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Pemijahan buatan pada gurami dengan metode stripping pun juga masih mengalami kesulitan dalam mengumpulkan sperma dari induk jantan yang warnanya bening sehingga sukar dibedakan dengan urinnya.
Upaya lainnya adalah dengan menggunakan elektroporasi, yaitu dengan menitipkan hormon pertumbuhan pada sperma gurami. Pada perkembangan terakhir, Balai Riset Perikanan Budi Daya Air Tawar (BRPBAT) bekerja sama dengan IPB dan BPPT telah berhasil menitipkan gen hormon pertumbuhan pada sperma gurami yang masih bersifat motil sekitar 90%. Untuk tahap pengerjaan selanjutnya adalah pembuahan telur dengan menggunakan sperma bermuatan gen hormon pertumbuhan. Sperma yang sudah dititipi hormon pertumbuhan ini akan digunakan untuk membuahi telur dari induk betina. Benih yang dihasilkan diperkirakan akan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat sekitar 50% dibandingkan gurami biasa (seperti terjadi pada ikan patin). Jadi, jika biasanya untuk mencapai ukuran konsumsi atau daging memerlukan waktu 1—1,2 tahun pada gurami biasa maka waktu yang dibutuhkan oleh gurami transgenik hanya sekitar 6—8 bulan saja. Diharapkan produksi varietas ini dilepas pada tahun 2011—2012.
Sumber: Buku Sukses Budi Daya Gurami di Lahan Sempit dan Hemat Air