Pertanianku – Mulsa yang dikenal selama ini adalah mulsa yang dibuat dari jerami kering atau jenis rumput lainnya yang dikeringkan. Penggunaan jerami secara tradisional berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah. Selain itu, mulsa biasanya berfungsi sebagai alas buah. Tomat juga bisa memakai jerami untuk menjaga kelembapan tanah. Namun, jerami justru kadang mendatangkan masalah karena jerami yang membusuk (basah) bisa menularkan penyakit.
Keadaan tersebut dapat diantisipasi dengan menggunakan mulsa plastik untuk budi daya tomat. Mulsa plastik tersebut dikenal dengan nama plastik hitam-perak (silver black). Disebut silver black karena memang plastik ini terdiri atas sisi warna hitam dan sisi berwarna perak. Lebar plastik ini 1,2 m dan biasanya dijual dalam satuan berat. Harga plastik 1 kg, panjang sekitar 25 m, Rp 15.000 (2009).
Untuk lebih memahami penggunaan mulsa ini, harus diketahui fungsi plastik mulsa tersebut. Fungsinya adalah: menekan pertumbuhan gulma, menjaga kestabilan kelembapan udara saat musim hujan ataupun musim kemarau, mengontrol jumlah air yang tersedia, menghemat pemupukan karena distribusi yang baik, tidak hilang menguap, dan tidak dikonsumsi oleh tumbuhan lain (tanaman pesaing), mengurangi serangan hama (thrips dan aphis) dan penyakit (cendawan) karena pantulan sinar bagian plastik yang berwarna putih, serta menghemat tenaga kerja, waktu, dan biaya.
Pada dasarnya cara budi daya ini sama saja dengan cara budi daya yang biasa. Perbedaannya adalah budi daya ini lebih praktis tetapi diperlukan modal awal yang lebih besar untuk penyediaan plastik. Namun, biaya tahap selanjutnya lebih murah sehingga hasil yang akan diperoleh bisa lebih besar. Produksinya bisa mencapai 8 kg/tanaman/musim. Bila tanpa mulsa, produksi ratarata hanya 5 kg.
Dalam mempersiapkan lahan dan pemeliharaan, budi daya ini mempunyai cara tersendiri. Sedangkan untuk penyemaian dan penyapihan sama dengan cara budi daya yang lain.
Sumber: Buku Budi Daya Tomat Secara Komersial